Semarang (ANTARA News) - Djoko Setijowarno, pengamat transportasi di semarang berpendapat, saat ini sulit menurunkan tarif angkutan kota (Angkot) di berbagai daerah di Indonesia sesuai dengan keinginan pemerintah.
"Itu terjadi karena manajemen angkutan umum di negeri ini lebih bersifat perseorangan, dan pengemudi melakukan setoran tiap hari pada pemilik angkot. Jadi mereka tidak digaji," katanya di semarang, Senin.
Menurut Djoko yang juga dosen pada fakultas teknik Unika Soegijapranata Semarang ini, selama setoran kepada pemilik (manajemen) angkot tidak turun, otomatis tarif angkot di berbagai wilayah di Indonesia sulit diturunkan.
Kebanyakan pengusaha angkot di negeri ini, katanya, rata-rata memiliki kendaraan pribadi, sementara mereka sudah terlanjur melakukan investasi pada angkot yang kini makin menurun keuntungannya.
Selain itu, mereka (pengusaha) juga dipusingkan dengan naiknya harga suku cadang (onderdil) otomotif antara 10-30 persen sebelum harga bahan bakar minyak (BBM) naik.
"Berdasarkan kenyataan itu, maka tidak mengherankan kalau BBM diturunkan tarif angkot di berbagai wilayah di Indonesia belum juga mengalami penurunan," katanya.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh pemerintah agar tarif angkot bisa turun, di antaranya, bagi pemerintah daerah yang memiliki angkutan umum, seperti Pemprov DKI Jakarta yang mengeloka Bus Transjakarta, Kota Yogyakarta, Solo, Semarang dan yang lainnya dapat menurunkan tarif angkotnya. "Dengan cara ini diharapkan bisa menurunkan tarif angkot lainnya yang dikelola oleh swasta (masyarakat)," demikian Djoko Setijowarno.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009