Padang (ANTARA) - Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) menyebutkan deforestasi di Sumatera Barat mencapai 23.352 hektare di sepanjang 2017 sampai 2019.
Direktur Eksekutif Warsi Rudi Syaf di Padang, Senin, mengatakan dalam konteks Sumatera Barat, areal tutupan hutan juga menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun.
Baca juga: Tiga warga Alahan Panjang hilang saat berburu
Baca juga: Para orang tua mulai khawatir anaknya terpapar asap
Baca juga: Sempat diguyur hujan, jarak pandang di Sumbar mulai membaik
Ia juga mengatakan penurunan areal penutupan hutan tersebut dominan terjadi di daerah Kabupaten Mentawai, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Pesisir Selatan.
Menurutnya, faktor pemicu perubahan tutupan hutan Sumatera Barat, secara umum disebabkan pembukaan lahan baru untuk perladangan dan perkebunan kelapa sawit masyarakat.
"Meskipun tidak terlalu signifikan, catatan ini tentu masih menjadi persoalan yang harus disikapi bersama," ujar dia.
Ia juga mengatakan pada sisi lain tantangan ekologis di Sumatera Barat juga dihadapkan dengan keberadaan sejumlah lokasi Penggalian Emas Tanpa Izin (PETI) yang berada di kawasan hutan lindung maupun taman nasional.
"Sehingga memicu terjadinya bencana banjir bandang dan longsor di berbagai daerah di Sumatera Barat akhir-akhir ini," katanya.
Berdasarkan hasil analisis Tim GIS KKI Warsi, sebaran lokasi PETI di Sumatera Barat secara parsial tersebar di empat kabupaten yang meliputi Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan serta di Kabupaten Dharmasraya dengan total luas mencapai 4.169 hektare.
Baca juga: Soal Karhutla, Kajati Sumbar tegaskan akan tuntut maksimal
Baca juga: 53 hektare hutan di Pesisir Selatan terbakar
Baca juga: Asap Sumatera Barat diprakirakan makin pekat Senin siang
Pewarta: Laila Syafarud
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019