Kuala Lumpur (ANTARA News) - Calon PM Malaysia Najib Tun Razak sama sekali tidak pernah bicara reformasi, pengadilan dan hakim yang bebas, dan kebebasan pers, tegas Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim.
"Kini banyak orang ketakutan dan khawatir jika Najib menjadi PM Malaysia akan kembali ke jaman keras seperti era Mahathir," kata Anwar kepada ANTARA di kantor pusat partai keadilan rakyat (PKR) di Selangor, Senin.
Malah PM Abdullah Badawi yang didesak segera mundur tapi justru sering bicara mengenai agenda reformasi misalnya, perlunya pengadilan dan badan kehakiman yang bebas, kelonggaran terhadap media massa.
"Bahkan Khairy Jamaludin pun mulai teriak tentang perlunya UMNO melakukan reformasi dan perubahan. Senior UMNO pun seperti Musa Hitam sudah mengingatkan agar ada regenerasi di tubuh UMNO jika tidak ingin menghadapi kehancuran," kata mantan wakil presiden UMNO menjelaskan posisi organisasi politik Malaysia terbesar dan berkuasa, pada saat ini.
Menurut dia, di tubuh UMNO saat ini tidak ada pemimpin yang teriak mengenai reformasi dan perubahan. Yang ada hanyalah kekuasaan, kekuasaan dan kekuasaan.
"Oleh sebab itu, saya tidak mau dikatakan sedang berlomba atau berpacu dengan Najib untuk merebut jabatan PM Malaysia karena saya mewakili rakyat Malaysia yang menginginkan adanya perubahan," ujar dia.
Setiap menjelang Pemilu di Malaysia, lanjut Anwar, media massa utama Malaysia selalu menampilkan foto-foto dia dan kerusuhan reformasi di Indonesia untuk memberikan gambaran bahwa tuntutan reformasi Anwar Ibrahim akan memberikan kerusuhan sosial seperti di Indonesia.
PM Malaysia Badawi akan memberikan tongkat estafet kepada wakilnya Najib Tun Razak sebagai perdana menteri baru Malaysia pada Maret tahun 2009. "Tapi sebelum menjadi PM baru, dia wajib selesaikan isu-isu besar misalnya pembunuhan model Mongolia Altantuya, uang komisi pembelian kapal selam Perancis Scopene hingga ratusan juta ringgit, korupsi pembelian helikopter dan lain-lainnya," ungkap pemimpin oposisi itu.
Ia juga menjelaskan dukungan yang diberikan oleh anggota parlemen Barisan Nasional (BN) untuk mengambil alih kekuasaan di Malaysia lebih banyak dari Malaysia Timur yakni negara bagian Sabah dan Sarawak, dibandingkan dengan anggota parlemen Malaysia yang "sakit hati".
"Lebih banyak anggota parlemen BN dari Sabah dan Sarawak yang dukung kami untuk ambil alih kekuasaan karena selama ini mereka terpinggirkan. Lagi pula kami mau menerima parlemen BN yang lompat pagar dengan gagasan reformasi daripada hanya sekedar sakit hati," katanya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008