Jakarta (ANTARA) - Aktor asal Korea Selatan Lee Byung-hun sejak debut di layar lebar pada tahun 1990-an telah berpartisipasi dalam sederet drama dan film Korea Selatan, juga beberapa produksi Hollywood.
Beragam genre juga sudah dia jajali dalam perjalanan karirnya selama hampir 30 tahun, terutama untuk genre kriminal seperti "A Bittersweet Life" (2005) dan "Inside Men" (2015) dan serial televisi "Mr. Sunshine" (2018).
Kini, dia terlibat dalam blockbuster terbarunya, tentang bencana berjudul "Ashfall", bersama aktor Ha Jung-woo, Ma Dong-seok, Suzy dan Jeon Hye-jin.
"Ini adalah film (tentang) bencana yang khas, seperti blockbuster gaya Hollywood, diisi dengan klise dan akhir yang dapat diprediksi, namun ada yang berbeda," kata Byung-hun seperti dilansir Yonhap pada Senin (23/12).
Film yang tayang pada 19 Desember 2019 di Korea Selatan itu mengisahkan tentang letusan Gunung Baekdu, gunung tertinggi di Semenanjung Korea dan gunung berapi aktif di perbatasan Cina-Korea Utara.
Ini adalah film soal bencana pertama sang aktor veteran sepanjang karier layar peraknya selama puluhan tahun. Untuk film ini, Byung-hun yang sudah terlibat di lebih dari 30 film itu, mempelajari aksen Korea Utara dan bahkan Mandarin serta Rusia.
Dia memerankan karakter Lee Joon-pyeong, seorang agen intelektual Korea Utara yang pernah memata-matai Selatan dan bergabung dengan Jo In-chang (Ha Jung-woo), kapten tim pembuangan persenjataan peledak.
Mereka memulai perjalanan ke gunung berapi aktif dengan membawa bahan peledak nuklir dengan kecepatan penuh untuk menghentikan letusan yang akan segera terjadi.
Byung-hun menampilkan orisinalitas aktingnya dalam kepribadian Joon-pyeong, mulai dari membuat lelucon konyol, tersenyum palsu hingga sosok ayah yang sedang cemas pada anak perempuannya.
"Joon-pyeong tidak pernah menampilkan emosinya di depan In-chang dan teman-teman satu timnya. Tapi ada adegan dia harus menunjukkan kisah keluarganya yang tersembunyi kepada penonton. Aku pikir ini membuat Joon-pyeong terlihat lebih menarik," tutur dia.
Selain itu, dia mengatakan ada hubungan yang semakin dalam antara Joon-pyeong dan In-chang adalah poros dari alur cerita. Mereka seperti kucing dan anjing, tetapi menyadari saling membutuhkan untuk mencapai tujuan.
"Tidak biasa melihat kombinasi film tentang bencana dan pertemanan. Sangat menarik untukku," tutur Byung-hun.
Dia memuji kualitas efek visual yang dihasilkan komputer untuk ledakan vulkanik dan kehancuran kota sehingga membuat bencana lebih realistis dan valid.
Dexter Studios, rumah produksi efek visual di Korea Selatan, dilaporkan menghabiskan sekitar 26 miliar won (22,3 juta dolar Amerika Serikat) atau setara Rp307 miliar untuk efek visual itu.
Byung-hun mengaku akan puas jika penonton merasa tertarik dan terhibur setelah menonton "Ashfall" karena penampilannya, aktor yang terlibat atau efek visual dalam film.
"Sebuah film harus menghibur dan menyenangkan. Hiburan datang dari banyak hal seperti humor, emosi, adegan aksi atau efek visual yang spektakuler. Aku suka film ini dan kuharap penonton akan merasakan hal yang sama," demikian pungkas dia.
Baca juga: Film "Ashfall" lampaui dua juta penonton di Korea Selatan
Baca juga: Film Korea "Master" didistribusikan ke 31 negara
Baca juga: Lee Byung-hun aktor terbaik di Asian Film Awards
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019