Jakarta (ANTARA News) - Empat mantan pimpinan nasional organisasi kemahasiswaan anggota "Kelompok Cipayung" menyesalkan terjadinya kehilangan rasa persatuan di tubuh KNPI yang bermuara pada berlangsungnya dua Kongres Pemuda, dan justru hal itu terjadi saat suasana memperingati Sumpah Pemuda. Keempat bekas pimpinan "Kelompok Cipayung" yang dihubungi terpisah di Jakarta, Senin, itu, masing-masing Victus Murin (Ketua Presidium Pusat GMNI 1999-2001), Hasanuddin (Ketua PB HMI periode 2003-2005), Kenly Poluan (Ketua PP GMKI 20003-2006) dan Emmanuel Tular (Ketua DPP Presidium PMKRI 2004-2007). "Mereka sepertinya telah lupa daratan dan tidak punya niat tulus untuk bersatu, dan ini benar-benar mengangkangi spirit persatuan yang jadi jiwa serta ruh Sumpah Pemuda 1928 yang telah mempersatukan bangsa serta memerdekakan republik ini," kata Victus Murin. Senada dengan itu, Kenly Poluan menyatakan, orientasi kekuasaan pada saat usia masih muda, telah membuat kawan-kawan di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) tega mengorbankan semangat persatuan. Bagi Kenly Poluan dan juga didukung oleh Emmanuel Tular, pecahnya KNPI jadi dua kubu yang salah satunya menggelar kongres di Jakarta, merupakan peristiwa dukacita di tubuh kepemudaan Nusantara. "Masih muda, tetapi sudah punya gaya arogan dan kerakusan untuk berkuasa, dan ini berbahaya bagi masa depan bangsa," tandas Victus Murin. Berdasarkan keputusan Kongres Pemuda/KNPI sebelumnya, kegiatan itu untuk tahun ini harus digelar di Bali. Tetapi karena adanya dualisme pemrakarsa dan kepanitiaan, akhirnya ada yang digelar di Bali, sementara satunya lagi kini tengah berlangsung di Jakarta. Hasanuddin menilai, apa yang terjadi sekarang, tidak lepas pula dari ciri hakiki lingkungan budaya baru yang lebih mendominasi pergaulan anak muda di tanah air. "Karena itu, perlu kembali dirapatkan barisan kepemudaan Indonesia, agar tidak diacak-acak oleh nafsu kapitalisme dan liberalisme yang tak terkendali itu," kata Victus Murin menimpali. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008