Seoul (ANTARA News) - Hampir empat perlima perusahaan Korea Selatan menyatakan mereka mengalami tantangan bisnis serupa atau malah lebih buruk daripada krisis finansial pada 1997, sebuah jajak pendapat umum (poll) memperlihatkan Senin. Ketika krisis finansial yang dipicu AS menghantam ekonomi riil negara itu, ingatan masa suram muncul kembali di benak rakyat Korea Selatan, sehingga dengan parasaan malu negara itu terpaksa berpaling pada Dana Moneter Internasional (IMF) satu dasawarsa silam. Survei tersebut, yang dilakukan Kamar Dagang dan Industri Korea Selatan (KCCI), menemukan 42,5 persen dari 300 perusahaan yang diminta pendapatnya mengemukakan kondisi saat ini serupa dengan krisis finansial Asia pada 1997-1998. Sebanyak 36,4 persen reponden lainnya menyebutkan kondisi bisnis sekarang ini malah lebih sulit. Ditanya alasan di balik pesismisme mereka, 54,2 persen menyebutkan kecenderungan terus menurunnya konsumsi domestik akibat dicekam kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi global, sedangkan 20,4 persen lagi menyatakan sulitnya meminjam uang dari bank. "Tak lama setelah munculnya krisis finansial global, perusahaan-perusahaan Korea Selatan menghadapi kecenderungan ekonomi yang melesu, kelangkaan likuiditas dan pedapatan yang tak menggembirakan," kata KCCI dalam pernyatannya, seperti dilaporkan Yonhap. Senin pagi, Bank of Korea, menurunkan suku bunga acuannya lebih besar daripada yang diperkirakan pasar dengan 75 basis poin menjadi 4,25 persen, pada pertemuan kebijakan moneter yang tak terjadwalkan untuk membantu meredakan ketatnya lukuiditas bagi bank lokal dan mendorong ekonomi. Keputusan bank sentral menurunkan suku bunga ini merupakan yang terbesar sejak Bank of Korea mulai menerapkan suku bunga acuan pada 1999. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008