Jakarta (ANTARA News) - Mantan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan semasa pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, Agum Gumelar, menyarankan rakyat untuk mencari pemimpin yang masalahnya paling sedikit."Cari pemimpin dengan sikap rasional bukan emosional, (pilihlah) pemimpin yang paling sedikit masalahnya," kata Agum dalam diskusi "Nasionalisme versus Kedaerahan: Tantangan Kepemimpinan Masa Depan" di Jakarta, Minggu.Agum yang pernah menjadi calon wakil presiden pada Pemilu 2004 menyebuktan Indonesia membutuhkan pemimpin kuat dengan empat kriteria kepemimpinan yaitu tidak ambivalen, berani tidak populer, tegas, dan tidak toleran pada pelanggaran atau kesalahan."Tidak seperti pemimpin Uni Soviet Michael Gorbachev yang selalu ingin populer dan mendapat simpati dari dunia barat. Ia memang mendapat hadiah Nobel tetapi apa yang terjadi? Negerinya hancur berantakan," katanya beranalogi.Ia juga mencontohkan sikap pemimpin China (alm) Deng Xiao Ping setelah tragedi Tiananmen yang "menutup telinga" dari cercaan dunia internasional tetapi belakangan langkahnya benar sehingga membuat China sangat maju dan menjadi raksasa Asia.Tapi pemimpin tegas bukan berarti harus dari militer, sambungnya. "Pemimpin Malaysia, Singapura dan banyak negara lain bukan militer tetapi tegas dalam memimpin sehingga negara mereka maju," ungkapnya.Bangsa Indonesia saat ini berada dalam kondisi memperihatinkan karena kemiskinan dan kesenjangan sehingga pemimpin mendatang mesti memegang komitmen para pendiri bangsa untuk menjaga Negara Kesatuan RI.Pada acara yang diselenggarakan oleh "National Press Club of Indonesia" itu, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) M Ichsan Loulembah dan Sekjen DPP KNPI Munawar Fuad juga tampil menjadi pembicara.Di forum ini Munawar Fuad mengimbau pemuda Indonesia mengambil peran lebih besar karena pemuda bukan lagi berperan sebagai agen perubahan, tetapi sudah harus menjadi pemimpin perubahan.Sementara Ichsan menilai pemimpin mendatang harus bisa membawa bangsa Indonesia lebih berperan di dunia internasional dan tidak lagi bersikap imperior dalam pergaulan internasional. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008