banyak orang yang sarjana tapi tidak intelektualitas, maka dia bisa menjual ilmunya asal mendapat uang

Kediri (ANTARA) - Menkopolhukam Mahfud MD berharap lulusan perguruan tinggi tidak hanya menjadi sarjana tetapi juga mampu menjadi orang yang memiliki intelektual.

"Menjadi orang yang memiliki intelektual itu belum tentu sarjana, tapi seorang sarjana bisa menjadi intelektual," katanya saat menghadiri wisuda mahasiswa Universitas Islam Kadiri (Uniska) di GOR Jayabaya Kediri, Jawa Timur, Sabtu.

Ia menjelaskan, sarjana dan intelektual adalah dua hal yang berbeda. Sarjana lebih menggambarkan kemampuan, keahlian dan logika, sedangkan intelektual orang yang punya kemampuan logika di bidang ilmunya yang sangat tinggi, terampil, memiliki keahlian tetapi juga memiliki hati, watak dan juga akhlak baik.

Baca juga: Menkopolhukam sebut Indonesia mengarah pada ukuran negara sejahtera
Baca juga: Sembilan cara tingkatkan kecerdasan emosi

Lebih lanjut, Mahfud mengatakan orang Indonesia banyak yang pintar namun tidak semua memiliki akhlak baik, karena orang tersebut hanya sarjana tapi tidak memiliki intelektual. Sedangkan orang intelektual itu sudah pasti pintar dan juga memiliki tanggung jawab untuk kebaikan masyarakat, untuk pembangunan bangsa dan negara, punya rasa nasionalisme dan juga tidak sembarang menjual keahlian.

"Karena banyak orang yang sarjana tapi tidak intelektualitas, maka dia bisa menjual ilmunya asal mendapat uang, dia bisa buat apapun dengan keahliannya tanpa mempersoalkan itu bahaya atau tidak dan tanpa mempersoalkan apakah merugikan masyarakat atau tidak," ujar Menkopolhukam.

Baca juga: Cak Nun: demokrasi perlu dilengkapi kekayaan intelektualitas
Baca juga: Kepala UKP4 : akademisi harus menjunjung tinggi nilai intelektualitas

Pada kesempatan itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak juga meminta lulusan perguruan tinggi tidak hanya memiliki kompetensi yang sifatnya teknis melainkan juga soft skill, sehingga kemampuannya berimbang.

"Kami berharap bukan hanya kompetensi yang sifatnya teknis saja yang dimiliki tapi juga memiliki soft skill. Di Uniska ini ada keseimbangan spriritual untuk memastikan bahwa kita punya sumber daya manusia yang tidak mau mencari keuntungan sendiri tapi mau berkorban untuk kepentingan masyarakat, maka masyarakatnya akan menjadi maju," katanya

Wagub Emil mengatakan, Uniska memiliki komitmen dalam memajukan sumber daya manusia di wilayah Mataraman ini, mengingat potensi di wilayah Mataraman ini sangat besar untuk maju ke depannya.

Dalam bidang ekonomi, wilayah Mataraman seperti Kediri, Madiun dan sekitarnya tidak bisa hanya mengandalkan sumber daya alam saja namun juga harus ada nilai tambah baik yang sifatnya teknologi, dan juga kreativitas budaya.

Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar juga mengharapkan agar wisudawan Uniska adaptif terhadap perubahan zaman, jangan sampai antiterhadap hal-hal baru yang akan terjadi dan yang sudah terjadi, karena tidak mungkin akan melawan suatu perubahan karena perubahan itu adalah suatu keniscayaan.

"Saya yakin wisudawan Uniska ini memiliki ilmu dan agama yang bagus dan pasti kalau keduanya bagus akan menjadi intelektual. Ke depan itu banyak orang yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, oleh karena itu adaptif adalah kunci yang harus selalu dipegang," kata Mas Abu, sapaan akrabnya saat menghadiri acara itu.

Pada wisuda sarjana ke-34 dan magister ke-25 periode dua Universitas Islam Kadiri terdapat 40 wisudawan program pascasarjana, sedangkan untuk program sarjana sebanyak 50 wisudawan.

Hadir dalam kegiatan ini Ketua Lembaga Pelayanan Dikti Suprapto, Komandan Kodim 0809 Kediri Letkol Kav Dwi Agung Sutrisno, Komandan Brigif 16 Wira Yuda Kolonel Inf. Endra Saputra, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar, Rektor Universitas Islam Kadiri Ali Maschan Moesa.

Baca juga: Internet untuk tingkatkan intelektualitas
Baca juga: Rektor Unisri: Unjuk rasa harus kedepankan aspek intelektualitas

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019