Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X mengharapkan doa dari seluruh masyarakat agar dijauhkan dari perang nafsu terutama nafsu memperebutkan kekuasaan.
"Selaku pribadi saya mengharap doa dari seluruh masyarakat dan selalu diingatkan agar tetap dekat bersama rakyat yang hidupnya saat ini semakin berat serta dijauhkan dari perang nafsu memperebutkan kekuasaan semata," kata Sultan HB X saat acara Syawalan di Pemerintah Kabupaten Sleman, Minggu.
Menurut dia, dalam kurun waktu masa perpanjangan selama tiga tahun sebagai gubernur yang akan melewati tahun politik yang diliputi oleh dampak krisis finansial global sehingga banyak tantangan berat yang harus dijawab dengan langkah yang tepat.
"Ada tantangan berat selama masa perpanjangan jabatan sebagai gubernur DIY, selain bersama rakyat Yogyakarta harus ikut mengawal proses keistimewaannya. Dengan semangat fitrah diharapkan bisa menjaga keistimewaan khas Yogyakarta dari ancaman perang yang lebih besar yakni perang nafsu," katanya.
Ia mengatakan, dirinya memiliki kewajiban menjaga kerukunan antar warga masyarakat, meski mungkin berbeda persepsi dalam menyikapi status keistimewaan.
"Saya berharap seluruh warga masyarakat mampu berpikir jernih, dengan menyadari bahwa Piagam Kedudukan 19 Agustus 1945 dan Amanat 5 September 1945 ibarat `Loro-loroning atunggal`, telah luluh menyatu sebagai perekat ikatan NKRI di saat-saat awal mempertahankan kemerdekaannya," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, kedua dokumen itu diterbitkan oleh para pendiri semata-mata dilandasi oleh itikat baik yang tulus, penuh keikhlasan tanpa pamrih.
"Kedua piagam tersebut diterbitkan para leluhur bukan untuk maksud yang lain kecuali hanya demi memperkuat pondasi dan menegakkan pilar-pilar NKRI ditengah pergulatan menegakkan eksistensinya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat," katanya.
Pada kesempatan tersebut Sultan juga berharap Kabupaten Sleman lebih fokus memberikan kontribusi ke DIY mengenai masalah pendidikan, kesehatan dan ketahanan pangan.
"Dengan pendidikan kesehatan dan kesediaan pangan dapat yang baik sebagai modal menghadapi tantangan ke depan untuk menghadapi pengaruh dari luar yang sangat besar keberadaannnya yakni globalisasi yang mau tidak mau harus dihadapi bersama," katanya.
Ia menambahkan, dengan masyarakat yang makin cerdas dan sejahtera dan pemerintah daerah yang makin akuntabel dan transparan maka berarti akan mampu berkompetisi, sehingga tidak akan hanya menjadi konsumen dalam era globaliasasi.
"Fakta yang ada saat ini bahwa di dapur kita mayoritas barang yang ada bukan produk kita sendiri, tetapi produk impor. Untuk itu kita harus membangun tekad bersama bagaimana kerukunan, kebersamaan kesatuan sebagai suatu bangsa untuk siap menghadapi tantangan jaman," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008