Cirebon (ANTARA News) - Jalur kereta lintas utara yang terganggu akibat anjloknya kereta Argomuria akhirnya kembali normal setelah satu Kereta Crane yang didatangkan dari Cirebon berhasil mengangkat kembali gerbong Diesel yang melintang diantara dua rel.
Humas PT KA DAOP III Cirebon Suhartono kepada ANTARA mengatakan, dua dari tiga jalur di Stasiun Telagasari yang sebelumnya terganggu akibat gerbong Diesel yang melintang sudah kembali bisa digunakan.
"Gerbong Diesel dan satu gerbong penumpang itu masih di Stasiun Telagasari. Setelah itu akan ditarik ke Stasiun Kejaksan Cirebon untuk diperbaiki," kata Suhartono.
Kereta anjlok ini membuat 12 kereta terganggu perjalannya yaitu tiga kereta dari arah Cirebon dan sembilan kereta dari arah Jakarta.
Kereta dari Cirebon yang sempat menunggu di sejumlah stasiun adalah Cirebon Ekspress, Sawunggaling dan Fajar Semarang, sementara dari arah Jakarta adalah Kamandanu, Argoanggrek, Cirebon Ekspress, Argojati, Sawunggaling, Taksaka, Dwipangga, Fajar Semarang dan Kutojaya.
Kereta Argomuria akhirnya mendapat gerbong Diesel penganggti di Stasiun Kejaksan Cirebon, dan sejak 13.00 WIB dari Stasiun Kejaksaan melanjutkan kembali perjalanannya menuju Semarang.
"Tidak ada korban dalam kejadian itu, ada penumpang yang memilih melanjutkan perjalanan dengan bus, usai kecelakaan terjadi," kata Surhatono.
Kereta Argomuria dari Gambir tujuan Semarang anjlok 500 meter sebelum Stasiun Telagasari, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Minggu pagi pukul 09.25 WIB.
Kejadian ini tergolong langka karena lokomotif masih berjalan normal di rel sebelah kanan, sementara gerbong penumpang masih berjalan di rel sebelah kiri, hanya gerbong Diesel yang melintang diantara dua rel.
Gerbong yang melintang itu sempat terseret sampai 500 meter sebelum akhirnya terhenti. Jika pengereman terlambat gerbong itu bisa menghantam emplasemen stasiun.
Menurut Kondektur Kereta Joko S, gerbong Diesel sempat terseret sejauh 500 meter sebelum akhirnya terhenti beberapa puluh meter sebelum emplasemen.
"Beruntung gerbong penumpang tidak ada yang ikut anjlok," katanya seraya menyebutkan kecepatan kereta saat itu sekitar 90 kilometer per jam.
Begitu mengetahui anjlok, Joko seegera memerintahkan anak buahnya untuk menarik rem darurat sehingga kereta bisa segera terhenti sebelum mencapai stasiun kereta.
Lokomotif kemudian melepaskan gerbong Diesel dan satu gerbong penumpang dibelakangnya. Setelah itu Lokomotif menarik gerbong yang masih utuh ke stasiun sebelumnya dan kembali masuk ke jalur kanan. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008