Jakarta (ANTARA News) - Pakar komunikasi UI Prof Alwi Dahlan menilai, ANTARA bisa saja masuk menjadi media retail sebagai salah satu strategi Kantor Berita itu untuk tetap bertahan dalam persaingan ketat antarmedia.
"Kantor berita itu seharusnya mempunyai trend baru jika mau tetap bertahan," katanya saat dihubungi via telepon genggamnya di Jakarta, Minggu.
Mantan Menteri Penerangan di era pemerintahan Soeharto itu mencontohkan kantor berita Inggris Reuters yang saat ini memiliki berbagai pelayanan bagi konsumen-konsumen mereka.
Informasi Reuters, ujar Alwi, tidak hanya terbuka bagi koran-koran di seluruh dunia yang menjadi pelanggannya, tetapi juga terbuka untuk siapapun yang hendak mengakses berbagai berita mereka.
"Jadi mereka (Reuters) berubah karena pembacanya juga berubah. ANTARA juga seharusnya demikian, turut berubah mengikuti karakter pelanggannya atau masyarakat luas pada umumnya," ujar Alwi.
Lebih lanjut Alwi menjelaskan bahwa trend khalayak global saat ini telah berubah ke arah digital dan multi media.
"Ada perubahan mendasar yang sedang terjadi yakni perpindahan dari media konvensional ke online. Media online ini lebih real time, interaktif dan pembaca juga bisa ikut mengisinya," katanya.
Dalam konteks perubahan seperti itulah, maka ANTARA perlu menjawab tantangan zaman dengan memasuki media retail, semisal online, yang berbagai produk informasinya dapat langsung diakses masyarakat sebagai "end user".
Tidak hanya itu, Alwi juga mengingatkan agar ANTARA harus pula mencari trend pangsa pasar baru karena media retail itu sendiri banyak sekali ragamnya, apalagi saat ini juga telah berkembang "citizen journalism".
Menurut pengajar Pasca Sarjana UI itu, media retail tidak hanya teks, tetapi juga informasi grafis dan audio visual sehingga ANTARA harus berfikir keras bagaimana menjawab trend perubahan.
Jadi, ia menyatakan, kantor berita ANTARA harus memiliki posisi yang jelas dan yang paling mendasar dari arah perubahan itu adalah ke multimedia. (*)
Copyright © ANTARA 2008