Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam telekonferensi dengan sejumlah mahasiswa Indonesia di Luar Negeri di Den Haag menyatakan, porsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk mengentaskan kemiskinan dan menekan pengangguran setiap tahun naik. Pada 2004, anggaran untuk program pengentasa kemiskinan mencapai Rp19 triliun, 2005 sebesar Rp24 triliun dan naik dua kali lipat pada 2006 menjadi sebesar Rp41 triliun. Angka ini terus naik dalam dua tahun berikutnya, masing-masing menjadi Rp51 triliun pada 2007 dan Rp58 triliun pada 2008. "Meski sekarang krisis keuangan melanda dunia, namun hal itu tidak mengganggu anggaran pengentasan kemiskinan termasuk hingar bingar politik di Indonesia," kata Yudhoyono. Ia mengharapkan seluruh mahasiswa Indonesia di luar negeri memberi sumbangsihnya bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa mendatang. Pada abad 21, Indonesia harus menjadi negara maju sehingga negara ini membutuhkan manusia berjiwa dan bermental kuat dalam menghadapi berbagai persoalan. Di samping meminta mahasiswa untuk menjaga nasionalismenya, Presiden mengingatkan, dunia sekarang penuh dengan tantangan yang harus dihadapi oleh pikiran positif dan optimisme karena pesimisme tidak akan menghasilkan apa-apa. "Kami menunggu buah pikiran kalian yang cerdas dalam menghadapi krisis keuangan ini sehingga di masa mendatang terbiasa dalam menghadapi masalah yang sama," harap Presiden. Sekitar 200 pelajar Indonesia yang belajar di 11 negara, Dubes Indonesia untuk Kerajaan Belanda, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Anwar Nasution, Pengamat Pangan HS Dillon dan budayawan Emha Ainun Najib terlibat dalam telekonferensi menyambut Konferensi PPI di Luar negeri itu. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008