Pekalongan (ANTARA News) - Fron Pembela Islam (FPI) Kota Pekalongan, Jawa Tengah, mengecam rencana pengeksekusian hukuman mati terhadap terpidana kasus bom Bali I Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra karena mereka belum terbukti sebagai pelaku peledakan bom Bali."Kami menilai pemerintah terlalu terburu-buru dalam menangani kasus tersebut dengan menetapkan tiga terpidana dihukum mati," kata Ketua Dewan Syuro FPI Kota Pekalongan, Said Sungkar Sabtu.Menurut dia, rencana eksekusi mati Amrozi Cs yang tinggal menunggu putusan Kejaksaan Agung tidak dapat dilakukan karena pemerintah dianggap belum membuktikan secara benar, keterkaitan ketiga terpidana dengan kejadian peledakan bom di Bali.Jadikan tenaga ahli perakit bom TNI/PolriMeski tiga terpidana mati, Amrozi Cs ini dianggap terbukti di mata hukum sebagai pelaku bom Bali I, katanya, seharusnya mereka bisa dijadikan sebagai tenaga ahli perakitan bom.Ia mengatakan, mereka seharusnya menjadi tenaga ahli istrumen persenjataan di tubuh TNI maupun Polri, yang hingga kini terbukti belum mampu merakit bom seperti yang dibuat Amrozi Cs."Kami menilai tindakan pemerintah itu bodoh dalam menyikapi tragedi bom Bali I. Pemerintah sebenarnya tahu siapa pelaku sebenarnya tetapi ditutup-tutupi karena ada tekanan dari pihak asing. Kalau pun benar (Amrozi Cs sebagai pelaku-red), TNI dan Polri harusnya belajar kepada mereka, cara membuat bom dahsyat," katanya.Ia mengatakan, belum lama ini pihak Dewan Syuro FPI Kota Pekalongan telah mengunjugi tiga terpidana bom Bali I itu di LP Batu Nusa Kambangan bersama keluarga Mukhlas yang dari Malaysia."Saat itu kepada keluarganya, Mukhlas, Amrozi, dan Imam Samudra mengaku sudah siap dihukum mati. Bahkan, Amrozi sudah mengharapkan segera dihukum mati," katanya.Namun pihak keluarga Imam Samudra, katanya, juga sudah mempersiapkan penjemputan jenazahnya untuk dimakamkan di Pandeglang, Jawa Barat sedangkan jenazah Amrozi dan Mukhlas ke Lamongan, Jawa Timur."Jika ekskusi mati telah dilakukan, kami juga akan mengirim ratusan anggota FPI dari Pekalongan untuk menjemput jenazah mereka. Ini untuk menunjukkan solidaritas dan soliditas masyarakat Indonesia sebagai umat muslim," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008