Cirebon (ANTARA News ) - Ribuan nelayan di Kabupaten Cirebon dan Indramayu mendesak Pemerintah untuk segera menurunkan harga BBM terutama solar dan minyak tanah agar beban biaya melaut tidak terlalu memberatkan mereka.Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT) Cirebon, Castum di Gebang, Kabupaten Cirebon, Sabtu mengatakan, penurunan minyak dunia sampai 80 dollar atau hampir setengah dibanding beberapa bulan yang lalu seharusnya dikuti dengan penurunan BBM di dalam negeri terutama solar dan minyak tanah."Harga solar yang mencapai Rp5.500 sangat memberatkan nelayan, sudah seharusnya diturunkan sampai Rp4.500 atau hampir sama sebelum kenaikan, supaya kehidupan nelayan kembali bisa bernafas," katanya.Nelayan paling dirugikanIa mengatakan, nelayan di Pantura Jawa merupakan elemen masyarakat yang paling dirugikan pada kenaikan harga BBM Mei tahun 2008, karena saat itu bersamaan dengan kenaikan sejumlah bahan makanan pokok seperti beras, minyak goreng dan terigu."Saat harga solar Rp4.300 per liter, banyak nelayan yang keberatan sehingga memilih memakai minyak tanah yang saat itu masih Rp2.500 per liter, sekarang dua-duanya naik, sehingga hanya sebagian saja yang masih bisa bertahan," katanya.Hal senada diungkap, Caryadi, nelayan Karangsong, Indramayu yang meminta agar penurunan harga solar dan minyak tanah segera dilakukan, supaya nelayan bisa mendapat kesejehtaraan lebih baik."Dengan solar Rp5.500 per liter, biaya melaut minimal harus Rp100 ribu, sementara hasil tangkapan hanya dijual rata-rata Rp150 ribu sehingga dengan empat awak kapal, yang bisa dibawa pulang hanya Rp10 ribu per orang karena harus dibagi dengan pemilik kapal," katanya.Jika solar diturunkan sampai Rp4.500 per liter maka, dia memperkirakan, biaya melaut berhemat Rp14.000 karena sekali melaut, nelayan perahu sope rata-rata membutuhkan 14 liter pulang pergi.Ireks sebabkan biaya bongkar mesin tinggi"Penghematan itu lumayan buat belanja keluarga," katanya yang saat ini perahunya menggunakan bahan bakar ireks (campuran minyak tanah dan minyak goreng bekas) yang harganya Rp3.500 per liter.Ia mengatakan, lebih baik menggunakan solar karena mesin tidak cepat rusak. "Kalau pakai irek maka paling lama sebulan sekali mesin harus dibongkar, dan biayanya bisa sampai habis Rp150 ribu sekali bongkar," katanya.Selain solar, mereka juga meminta penurunan minyak tanah karena sebagian besar keluarga nelayan mengandalkan minyak tanah untuk keperluan memasak dan penerangan seperti lampu tempel dan patromak."Kalau bisa minyak tanah juga turun sampai Rp3.000 per liter supaya biaya dapur bisa ditekan lagi," katanya.Para nelayan juga mengaku siap tidak menerima BLT jika memang ada harga khusus untuk solar dan minyak tanah bagi nelayan.Harga minyak dunia turun, Indonesia tidak. Ada udang di balik batu?"Saat Presiden SBY datang ke Cirebon, bulan puasa lalu, nelayan sudah meminta penurunan harga BBM dan sekarang katanya harga minyak dunia turun. Mengapa di Indonesia tidak lagi turun. Apa kalau sudah naik tidak bisa turun," kata Hajidin nelayan daerah Pronggol, Kota Cirebon.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008