Beijing (ANTARA News) - Indonesia belum menentukan nilai uang yang akan dikontribusikan dalam dana cadangan krisis yang telahB disepakati oleh negara ASEAN+3 meliputi China, Jepang, dan Korea Selatan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam keterangan persnya di Hotel Peninsula, Beijing, Sabtu malam, menjelaskan jumlah uang yang akan disetor oleh setiap negara anggota ASEAN+3 akan dibicarakan dalam kelompok kerja tingkat menteri keuangan. "Saya tidak akan katakan sekarang, biar tuntas dulu. Lebih bagus tunggu dulu sampai hitung-hitungannya jelas," ujar Presiden. Jumlah dana yang akan dikontribusikan oleh Indonesia, lanjut Presiden, akan disesuaikan dengan kemampuan keuangan Indonesia. Menurut kesepakatan awal, jumlah dana yang diharapkan dapat ditarik dari negara anggota ASEAN+3 adalah 80 miliar dolar AS. Dana cadangan krisis yang akan dibentuk berdasarkan kesepakatan Chiang Mai Initiative itu ditujukan untuk membantu negara-negara anggotanya yang mengalami kesulitan likuiditas akibat dampak krisis keuangan global. Presiden Yudhoyono mengatakan jumlah dana yang akan disetor setiap negara akan ditentukan berdasarkan kemampuan GDP dan cadangan devisa masing-masing. China, Jepang, dan Korea Selatan sudah menyanggupi menyetor 80 persen dari 80 miliar dolar AS, sedangkan 20 persen sisanya atau senilai 16 miliar dolar AS akan disetor oleh ASEAN. "Jadi, bisa dibayangkan kalau ada 16 miliar dolar AS itu dibagi negara ASEAN jadinya berapa," ujar Presiden. Pada pertemuan kepala negara/pemerintahan ASEAN+3 di sela-sela forum ASEM ke-7 di Beijing, telah disepakati pembentukan dana cadangan krisis senilai 80 miliar dolar AS untuk menolong negara anggota yang kesulitan likuiditas apabila krisis keuangan global terus memburuk. Para pemimpin negara ASEAN+3 sepakat untuk menugasi kelompok kerja beranggotakan menteri keuangan untuk segera menentukan mekanisme penggunaan dana tersebut. "Kami sepakat kemarin akan menugasi menteri keuangan untuk mempercepat bagaimana instrumen perangkat yang berkaitan dengan itu sehingga pada saatnya bisa digunakan," jelas Presiden.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008