New York (ANTARA) - Kurs dolar mencatat minggu terbaiknya sejak awal November pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah serangkaian rilis data ekonomi Amerika Serikat yang kuat membuat penurunan suku bunga jangka pendek menjadi tidak mungkin.
Pertumbuhan Amerika Serikat meningkat di kuartal ketiga, pemerintah mengonfirmasi pada Jumat (20/12/2019), dan ada tanda-tanda ekonomi mempertahankan laju ekspansi moderat saat tahun berakhir, didukung oleh pasar tenaga kerja yang kuat.
Produk domestik bruto (PDB) meningkat pada tingkat tahunan 2,1 persen, Departemen Perdagangan mengatakan pada Jumat (20/12/2019) dalam estimasi ketiga untuk PDB kuartal ketiga. Angka tersebut tidak direvisi dari estimasi November sejalan dengan ekspektasi para ekonom. Pengeluaran konsumen lebih kuat dari yang dilaporkan sebelumnya, dan ada peningkatan untuk pengeluaran bisnis.
Awal minggu ini, Amerika Serikat melaporkan bahwa pasar pembangunan rumah domestik mendapatkan kembali kekuatannya dan sektor manufaktur mulai stabil. Itu telah mendorong indeks dolar naik 0,56 persen minggu ini. Indeks dolar terakhir pada Jumat naik 0,35 persen menjadi 97,724.
Angka PDB dan konsumsi pribadi adalah "indikator kekuatan ekonomi memasuki tahun 2020," tulis analis di Western Union Business Solutions. Angka-angka ini "semakin memperkuat keyakinan bahwa Federal Reserve akan berhenti sejenak pada penurunan suku bunga dalam waktu dekat," catat mereka.
Sterling sedikit lebih kuat pada Jumat (20/12/2019) setelah pekan yang buruk dan telah melihat pemukulan dari kekhawatiran baru atas Brexit yang sulit. Setelah mencapai tertinggi 19-bulan terhadap dolar pekan lalu didukung kemenangan pemilihan pemimpin Partai Konservatif Boris Johnson di Inggris, mata uang turun ketika perdana menteri baru menghidupkan kembali kemungkinan bahwa Inggris dapat meninggalkan Uni Eropa tanpa perjanjian perdagangan.
Pound bertahan 0,03 persen lebih kuat terhadap dolar, pada 1,301 dolar, dan naik 0,48 persen terhadap euro pada 0,851 pence. Namun demikian, mata uang ditetapkan untuk minggu terburuknya terhadap greenback dalam lebih dari dua tahun, dan kerugian mingguan terbesar sejak Juli 2017 terhadap euro.
Lebih dari tiga tahun sejak Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa dalam referendum 2016, pemerintah Johnson akan meninggalkan Uni Eropa pada akhir Januari dan telah menetapkan Desember 2020 sebagai tenggat waktu yang sulit untuk mencapai perjanjian perdagangan.
Dalam perdagangan pra-liburan yang tipis, euro melemah 0,43 persen menjadi 1,107 dolar, sedangkan yen Jepang melemah 0,11 persen terhadap dolar di 109,48 yen.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019