Medan (ANTARA News) - Sedikitnya 14,58 juta atau sekitar 90 persen dari 16,2 juta nelayan di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, demikian Ketua Umum DPP Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Yussuf Solichien Martadiningrat, Sabtu.Kondisi itu berlangsung terutama karena belum profesionalnya pengelolaan potensi kelautan dan belum berubahnya pola pikir nelayan yang enggan merencanakan masa depannya.Sebagai negara maritim, potensi kelautan Indonesia sangat besar tetapi tidak dikelola oleh manajemen yang profesional. Yussuf mencontohkan belum maksimalnya fungsi koperasi nelayan di beberapa sentra perikanan Indonesia sehingga nelayan sulit mengembangkan usahanya dalam menangkap ikan.Kondisi tersebut menyebabkan kerja nelayan menjadi tidak terorganisir sehingga mendorong spekulan berbuat semaunya dengan menentukan nilai ikan. Apabila tangkapannya sedikit maka nelayan merugi, tapi jika banyak pun tetap tak bisa untung banyak karena harga ditentukan spekulan, kata mantan Kepala Dinas Potensi Maritim (Kadispotmar) Angkatan Laut (AL) itu. Kondisi itu diperparah oleh sikap nelayan yang "permisif" atau tidak terlalu peduli pada masa depannya sehingga tidak bisa merencanakan masa depan."Ketika banyak ikan, nelayan `hura-hura` dan menghabiskan semua uangnya, tetapi ketika ikan sedikit, utang mengelilingi pinggang," kata mantan Asisten Rencana dan Anggaran Kepala Staf AL (KSAL) itu.(*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008