Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat pagi, naik 20 poin menjadi Rp9.940/9.950 dibanding dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.960/9.970, setelah Bank Indonesia (BI) melonggarkan aturan giro wajib minimum (GWM).
"BI melonggarkan aturan GWM untuk melonggarkan likuiditas perbankan yang saat ini ketat, akibat menurunnya perolehan dana pihak ketiga (DPK) dari penabung," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Jumat.
Dikatakannya, BI berusaha memicu perbankan untuk tetap melaksanakan fungsi intermediasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi agar dapat berjalan dengan baik.
Namun, lanjut dia, BI sendiri masih belum menurunkan suku bunga acuannya, BI Rate, sehingga kecenderungan tingkat suku bunga tinggi masih mendominasi pasar.
"Kami optimis apabila laju inflasi 2008 mengendor, maka BI akan segera menyesuaikannya, tapi untuk bulan ini diperkirakan laju inflasi masih tinggi," ucapnya.
Rupiah, katanya, kemungkinan akan bisa menembus angka Rp10.000 per dolar AS pada akhir bulan ini, karena tekanan krisis keuangan yang bermula dari Amerika Serikat makin terasa.
Penurunan rupiah juga akibat melemahnya bursa regional yang berdampak negatif terhadap bursa Indonesia, sehingga memberikan nilai negatif terhadap rupiah, katanya.
Meski demikian, lanjut dia, rupiah masih berpeluang untuk menguat, setelah bank-bank sentral dunia melakukan kerja sama menyuntik dana baru ke pasar global.
Suntikan dana baru itu untuk melikuidasi dolar AS yang semula ketat menjadi lebih longgar, katanya.
Rupiah pada sore nanti diperkirakan akan kembali melemah, karena aksi lepas dolar hanya sesaat saja untuk mencari untung, namun pelaku cenderung untuk tetap memegang dolar AS, akibat krisis keuangan global.
"Kami perkirakan rupiah akan kembali tertekan pasar, sekalipun BI melalui berbagai instrumen menahan tekanan pasar terhadap rupiah," ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008