"Persiapan pra-kompetisi dan sudah latihan panjang sejak Mei. Nah sekarang fokusnya meningkatkan game dan sparing dengan beberapa tim di Solo, tapi kami keterbatasan sumber daya lawan karena atletnya masih jarang untuk cabor ini," tutur Deddy saat dijumpai di Solo, Jawa Tengah, Kamis.
Ia menjelaskan, jelang keberangkatan ke Filipina seharusnya timnya meningkatkan porsi latih tanding yang merupakan bagian program pelatihan, namun sayangnya hal tersebut justru menjadi kendala di lapangan.
Sebagai solusi, akhirnya tim voli duduk memutuskan untuk melakukan latih tanding dengan tim voli normal agar atlet tetap bisa mempraktikan teori dan latihan yang sudah diberikan selama pelatnas sejak tujuh bulan lalu.
Baca juga: Jendi ingin pertahankan lima emas pada ASEAN Paragames 2020
Lain halnya di sisi kebutuhan logistik, Deddy menuturkan bahwa aspek tersebut telah tercukupi dengan sangat baik dan tidak ada hambatan teknis yang dihadapi.
"Kalau di kami Alhamdulillah tidak ada kendala apapun, lancar semua termasuk peralatan seperti kostum, sepatu, honor juga sudah masuk. Pokoknya sekarang sudah fokus ke game, tidak memikirkan hal itu karena sudah diurus pengurus. Sekarang ya latih tanding saja harusnya," kata Deddy menerangkan.
Timnas voli duduk Indonesia juga sempat menjalani uji coba di Korea Selatan pada bulan Agustus dan berhasil menduduki peringkat tiga se-Asia, di bawah Korea Selatan, serta China yang menduduki peringkat pertama.
Untuk target, ia menuturkan bahwa secara tertulis timnya diharapkan bisa meraih medali perak. Namun Deddy enggan terlalu percaya diri mengingat saingan dari negara ASEAN yang lumayan tangguh.
"Kami tidak berani menargetkan secara pasti ya, karena ada saingan terbaiknya yaitu Thailand," katanya.
Baca juga: Jendi ingin pertahankan lima emas pada ASEAN Paragames 2020
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2019