Tbilisi (ANTARA News) - Georgia, Kamis mengatakan Rusia menggelar 2.000 tentara tambahan di Ossetia Selatan dalam pekan belakangan ini dan siap memicu lagi kerusuhan di wilayah yang memisahkan diri itu.
Moskow membantah tuduhan itu.
"Dalam pekan lalu, Rusia meningkatkan jumlah pasukan dari 2.000 menjadi 7.000 personil," kata jurubicara Kementerian Dalam Negeri Georgia Shota Utiashvili dalam satu jumpa wartawan.
"Kami kuatir Rusia sedang mempersiapkan provokasi-provokasi di Ossetia Selatan," katanya.
Ditanya tentang reaksinya, Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan seluruh pengiriman pasukan Moskow ke wilayah itu diumumkan secara terbuka.
"Sangat sulit untuk memberikan komentar mengenai pernyataan resmi wakil-wakil Georgia karena kebenaran sangat kecil pada
mereka," kata Lavrov di Moskow.
Utiashvili mengatakan lusinan kendaraan lapis baja Rusia telah digelar di daerah Akhalgori yang disengketakan, ujung tenggara Ossetia Selatan yang dituntut Georgia diserahkan kepada kekuasaan Tbilisi sesuai dengan perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Prancis.
Rusia mengirim pasukan dan tank-tank ke Georgia untuk memukul serangan militer Georgia yang berusaha merebut Ossetia Selatan yang pro Rusia, yang melepaskan diri dari kekuasaan Tbilisi dalam perang tahun 1991-1992.
Pasukan Rusia mengusir tentara Georgia keluar dari Ossetia Selatan dan kemudian memasuki wilayah Georgia.
Barat mengecam Rusia karena memberikan "tanggapan yang tidak sepadan" dan pasukan Rusia sejak itu mundur dari zona-zona penyangga sekitar Ossetia Selatan dan wilayah Abkhazia yang juga memisahkan diri dari Georgia.
Kremlin mengakui kedua wilayah itu sebagai negara-negara merdeka dan mengatakan pihaknya masih menempatkan 7.600 tentara di sana untuk membantu keamanan -- satu angka yang kembali diucapkan Lavrov, Kamis.
Misi Uni Eropa yang beranggotakan 225 orang memantau gencatan senjata itu, mematroli bekas zona penyangga sekitar Ossetia Selatan sampai pada perbatasan defaktonya.
Rusia mengatakan misi-misi itu tidak akan diizinkan beroperasi di dalam wilayah Ossetia Selatan.
Lavrov juga menyerukan kerjasama yang lebih baik dari para pemantau Eropa, yang bertanggungjawab atas keamanan kedua wilayah itu, untuk mencegah apa yang ia katakan pelanggaran gencatan senjata oleh pihak Georgia, demikian Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008