Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis sore, merosot tajam mendekati Rp10.000 per dolar AS karena pelaku pasar makin aktif membeli dolar AS di pasar uang domestik. "Pelaku pasar membeli dolar AS, karena mereka khawatir krisis keuangan global akan makin menekan rupiah akibat makin melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional," kata pengamat pasar uang, Farial Anwar, di Jakarta, Kamis. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun tajam menjadi Rp9.960/9.970 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.880/9.965 atau melemah 80 poin. Farial Anwar mengatakan, rupiah tinggal "sejengkal" lagi mencapai Rp10.000 per dolar, karena besarnya asing yang melakukan "capital flight" untuk mengamankan dananya di pasar domestik. "Kami perkirakan rupiah akan terus terpuruk hingga mencapai angka Rp10.000 per dolar AS, ujarnya. Krisis keuangan global, lanjut dia, merupakan faktor utama yang membuat rupiah makin terpuruk, akibat sistem devisa bebas yang dianut pemerintah masih tetap dipertahankan. Sistem ini membuat investor asing bebas membawa dana yang semula ditempatkan di Indonesia. Pemerintah sendiri juga kesulitan untuk mengatasi rupiah yang makin tertekan dan kemungkinan besar diserahkan pada pasar. Apabila pasar terus menekannya maka rupiah akan terus terpuruk. Meski Bank Indonesia (BI) telah melakukan berbagai upaya melalui instrumen yang dimiliki seperti menurunkan bunga repo, giro wajib minimum, namun suku bunga acuan (BI Rate) cenderung menguat, tuturnya. Menurut dia, gejolak krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan mengimbas ke negara-negara Asia, khusus Indonesia terhadap rupiah semakin dirasakan. Karena itu, rupiah dalam waktu dekat atau pada akhir pekan nanti akan kembali merosot dan menembus angka Rp10.000 per dolar AS, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008