Beijing (ANTARA News) - Seorang mahasiswi Universitas Peking merasa prihatin tentang semakin sedikitnya kaum muda Indonesia yang tertarik mempelajari bahasa Jawa kromo atau bahasa Jawa dengan tutur kata yang sopan.
Keprihatinannya itu disampaikan langsung kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika Kepala Negara selesai memberikan ceramah di Universitas Peking, China, Kamis.
Usai Presiden memberi ceramah 30 menit, sekitar seratus mahasiswa Universitas Peking diberi kesempatan bertanya langsung kepada Presiden Yudhoyono.
Salah satu mahasiswi kemudian berdiri dan bertanya dalam Bahasa Indonesia yang lancar.
Tanpa mengenalkan nama, ia bercerita bahwa pada 2006 sampai 2007 sempat mengikuti program pertukaran pelajar dan menimba ilmu di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ia mengaku jatuh cinta dengan Indonesia karena mempelajari budaya Jawa dan susah payah mempelajari Bahasa Jawa Kromo di UGM.
"Tetapi, ada yang membingungkan. Teman-teman Indonesia ternyata tidak suka belajar Bahasa Jawa Kromo dan lebih suka menggunakan bahasa campuran," tutur mahasiswi tersebut.
Ia lalu bertanya kepada Presiden Yudhoyono apakah kenyataan itu disesali oleh Presiden sebagai kepala pemerintahan yang bertanggungjawab melestarikan budaya.
Presiden sempat tersenyum mendengar pertanyaan mahasiswi tersebut.
Tanpa menjelaskan banyak, Presiden menjawab bahwa globalisasi memang telah mempengaruhi banyak hal, termasuk budaya.
Presiden mengatakan memang tugas negara menjaga dan melestarikan budaya Jawa sebagai salah satu budaya nasional Indonesia.
"Saya berjanji kepada anda, Indonesia akan melakukan yang terbaik untuk menjaga budaya dan bahasanya," ujar Presiden Yudhoyono.
Dalam ceramah menggunakan teks berbahasa Inggris, kepala negara menyampaikan gambaran tentang Indonesia, terutama keberhasilan Indonesia menata kembali perekonomian setelah dilanda krisis moneter pada 1997-1998.
Ia juga menyampaikan pentingnya hubungan Indonesia dengan China.
Para mahasiswa Universitas Peking tampak antusias mendengar ceramah Presiden Yudhoyono, beberapa di antaranya asyik mencatat. Namun, ada juga di antara mereka yang tak kuasa menahan kantuk.
Presiden Universitas Peking, Zhi Hongxu, menuturkan Universitas Peking adalah yang pertama di China memprakarsai pengiriman pelajar ke Indonesia sejak 1949.
Universitas itu juga telah menerbitkan kamus bahasa China-Indonesia dan mempelopori pengenalan budaya Indonesia di China.
Selama lebih dari 50 tahun, Universitas Peking juga telah menerima mahasiswa dari Indonesia.
Beberapa kepala negara/pemerintahan pernah menyampaikan kuliah di Universitas Peking, antara lain adalah Perdana Menteri Australia Kevin Rudd, dan mantan Presiden Perancis Jaques Chirac. (*)
Copyright © ANTARA 2008