“Shalat sehari semalam lima waktunya. Sholat subuh, dzuhur, ashar, magrib dan isya. Subuh dua rakaatnya, magrib tiga rakaatnya, dzuhur, ashar dan isya empat rakaatnya. Marilah mari kerjakan, jangan sampai ditinggalkan, selama hayat masih dikandung badan,” demikian penggalan lagu yang diajarkan Kak Seto di Tanjungpinang, Kepri, Rabu.
Ada beberapa lagu yang dicontohkan Kak Seto. Ia menyanyikan dua bait pertama, kemudian ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Provinsi Kepri dan para tamu undangan melanjutkan bait-bait berikutnya.
“Ayo ibu-ibu nanti bisa menciptakan lagunya sendiri,” Kak Seto.
Baca juga: KPAI: Hadis pukul anak tidak shalat harus dipahami secara kontekstual
Kak Seto hadir di Tanjungpinang sebagai narasumber pada Peringatan Puncak HUT ke-20 Dharma Wanita Persatuan Provinsi Kepri. Dia mengajak para ibu di Kepri mendidik anak dengan cinta, dengan banyak memberikan apresiasi.
Dia meminta orang tua, terutama ibu, agar jangan terlalu menilai anak-anak. Menurutnya, biarkan anak-anak bebas tanpa penilaian, yang penting diapresiasi.
"Mama bangga sama kamu dan jangan takut salah. Kalimat-kalimat apresiasi itu harus sering disampaikan kepada anak,” ujarnya.
Baca juga: Aktivis: Orang tua harus mendidik anak dengan cara dialogis
Kak Seto juga mengingatkan bahwa anak usia PAUD atau TK, tidak dibenarkan diajarkan membaca, menulis dan berhitung (calistung).
“Dari zaman Pak Harto itu pun sudah dilarang. Anak belajar calistung nanti pada usia tujuh tahun,” katanya.
Baca juga: Tips untuk para orang tua dalam mendidik anak
Pihak sekolah, lanjut dia, juga tidak dibenarkan memberikan tes calistung untuk syarat mendaftar sekolah.
“Syarat masuk sekolah itu usia, anak usia tujuh tahun sudah wajib sekolah. Tidak ada tes-tes, hanya kecukupan usia,” kata Kak Seto.
Pewarta: Ogen
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019