Sleman (ANTARA) - Kepala Dukuh Kadisono Bambang Wahyu Pamilih (41) menyebut saat dirinya diminta Densus 88 menjadi saksi penggeledahan di dalam rumah terduga teroris MZ (58), Rabu, tidak melihat petugas mengamankan atau menyita barang bukti berupa benda berbahaya maupun bahan peledak.
"Tidak ada benda berbahaya yang disita petugas saat penggeledahan di rumah Pak MZ," kata Bambang Wahyu.
Menurut dia, barang bukti yang dibawa petugas saat itu adalah buku tiga buah, satu buah "handy talky" (HT) dan antena alat komunikasi rig dari alumunium kurang lebih 2,5 meter.
"Selain itu ada juga satu buah flash disk," katanya.
Menurut dia, dirinya tidak begitu tahu terkait penangkapan karena saat itu sedang ada di balai desa.
"Saat itu saya sejak pagi sekitar jam sembilan sedang di kelurahan, kemudian sekitar jam sepuluhan datang petugas yang mengaku dari Densus 88," katanya.
Ia mengatakan, kedatangan petugas Densus tersebut untuk diminta menjadi saksi penggeledahan rumah milik salah satu warga.
"Saya kemudian bersama diajak untuk menyaksikan penggeledahan di rumah MZ. Saat itu yang ada di rumah hanya istri dan anaknya. Sedangkan MZ sudah ditangkap, ditangkapnya di mana saya juga tidak tahu," katanya.
Bambang mengatakan penggeledahan di rumah MZ dilakukan oleh puluhan personel Densus 88. Penggeledahan berlangsung lebih kurang dua jam.
"Tadi digeledah semua rumahnya. Tidak ada benda berbahaya yang dibawa," katanya.
Usai penggeledahan, aktivitas di rumah MZ nampak sepi. Pintu garasi rumah dibiarkan terbuka. Di dalam garasi itu masih terparkir sepeda motor matik warna hitam.
Saat wartawan mencoba mengetuk pintu rumah, muncul perempuan dengan mengenakan cadar.
Perempuan yang membukakan pintu itu diketahui merupakan istri MZ.
Dia membenarkan saat ditanya terkait adanya penggeledahan yang dilakukan oleh petugas. Dia juga tidak menampik jika ada barang yang disita oleh petugas.
"Datang, tiba-tiba ngambil barang," katanya.
Saat penggeledahan, suaminya sedang tidak berada di rumah. Dari ceritanya, sang suami sejak pagi izin keluar untuk membeli pulsa.
"Bapak keluar beli pulsa, sampai sekarang tidak tahu di mana," katanya.
Perempuan itu enggan untuk menjawab pertanyaan lebih jauh dan kemudian berpamitan dan menutup pintu rumahnya.
Sementara itu, menurut penuturan Rohadi Heryanto, (60) salah seorang warga yang rumahnya bersebelahan dengan rumah MZ mengatakan penggeledahan itu dilakukan oleh petugas yang tidak memakai seragam.
"Para petugas menggunakan tiga mobil dan beberapa sepeda motor," katanya.
Menurut dia, sosok MZ dikenal sebagai guru ngaji di beberapa daerah di luar DIY. Selama ini MZ biasa bergaul dengan masyarakat sekitar.
"Bermasyarakat bagus tidak ada masalah," katanya.
Ia mengatakan, MZ dikenal aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat, dirinya juga selama ini tidak menaruh kecurigaan apa-apa terhadap MZ.
"Kesehariannya juga tidak menyinggung radikal. Sebagai orang awam saya melihat tidak ada apa-apa," katanya.
Baca juga: Densus 88 tangkap terduga teroris di Berbah Sleman
Baca juga: Kapolda Waterpauw akui terduga teroris ke Papua tidak serentak
Baca juga: Kapolda NTB: Situasi kondusif pasca penangkapan enam terduga teroris
Baca juga: Enam warga NTB ditangkap Densus 88 diduga terafiliasi jaringan JAD
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019