Kupang (ANTARA) - Wakil Bupati (Wabup) Flores Timur, Agustinus Payong Boli, mengimbau warga di daerahnya agar tindak terprovokasi peristiwa penutupan sejumlah fasilitas umum di Desa Sagu, Kecamatan Adonara, Pulau Adonara, NTT yang dilakukan oknum kelompok warga di desa setempat.
“Masyarakat perlu tenang dan jangan mudah terprovokasi untuk anarkis terkait masalah di Sagu,” katanya kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Rabu.
Dia mengatakan, pemerintah daerah akan memfasilitasi penyelesaian persoalan tersebut dan dia meyakini pasti ada jalan keluar terbaik.
Pemerintah daerah, lanjut dia akan menggunakan pendekatan secara budaya Lamaholot (sebutan untuk suku bangsa masyarakat pada tiga wailayah di antaranya Flores Timur, Lembata, dan Alor) untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Payong Boli menyebutkan sebuah filosofis budaya masyarakat Lamaholot yang digunakan dalam penyelesaian persoalan yakni “pupu hugu tobo baun hama-hama tutu marin umeng lamak lewo tana Sagu, puken tite kakan kerun arin baki”.
Artinya, kata dia, berbagi pihak perlu duduk bersama untuk menyampaikan isi hati sebagai saudara kakak-adik dengan penuh kesejukan dan kedamaian demi mengutamakan kepentingan banyak banyak.
“Karena itu kami minta warga tetap tenang dan biarkan pemerintah daerah yang memfasilitas penyelesaian persoalan ini,” katanya.
Baca juga: Polres Flores Timur kerahkan personel BKO ke Sagu
Diberitakan sebelumnya, sejumlah oknum warga Desa Sagu menutup fasilitas umum di antaranya, sekolah dasar, puskesmas, dan kantor desa pada Senin (16/12) siang.
Kepala Kepolisian Resor (Polres) Flores Timur, AKBP Deny Abrahams mengatakan, penutupan sejumlah fasilitas umum itu berkaitan dengan adanya tuntutan dari oknum warga yang dipanggil Ridwan Bapa Kamba terkait masalah Pilkades.
Deny menjelaskan, pelaksanaan Pilkades tersebut dianggap pihak Ridwan Bapa Kamba dan kelompoknya bahwa telah terjadi kecurangan yang dilakukan pihak penyelenggara.
Karena itu, lanjut Deny, Ridwan Bapa Kamba bersama anggota kelompoknya meminta agar pelantikan kepala desa terpilih di Sagu tidak dilaksanakan karena pelaksanaannya dinilai ada kecurangan.
“Bentuk protes mereka dengan menutup sejumlah fasilitas umum karena menurut mereka ada terjadi kecurangan yang dilakukan penyelenggara saat pemilihan kepala desa beberapa waktu lalu,” katanya.
Informasi yang dihimpun Antara, diketahui Ridwan Bapa Kamba merupakan salah satu calon yang ikut bertarung dalam Pilkades Sagu beberapa waktu lalu, namun tidak terpilih sebagai pemenang. Pilkades tersebut dimenangkan calon lain bernama Taufik Nasrun.
Keluarga Ridwan Bapa Kamba dikenal berbagai kalangan masyarakat setempat sebagai Tuan Tanah yang memiliki hak atas tanah di wilayah setempat.
Baca juga: Ratusan pelajar diliburkan, sekolahnya ditutup warga di Flores Timur
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019