Tokyo (ANTARA News) - Sutradara film Garin Nugroho mengakui filmnya "Di bawah Pohon" (Under the Tree) telah mengantarkannya masuk nominasi dalam Tokyo International Film Festival (TIFF) ke-21, terilhami oleh fenomena kasus bunuh diri yang semakin banyak di Indonesia."Film ini hanyalah merupakan kritik sosial terhadap fenomena semakin banyak kasus bunuh diri di Indonesia, bahkan kini ada yang dilakukan oleh satu keluarga, namun ternyata tidak ada yang peduli, termasuk pemerintahnya," kata Garin Nugroho kepada Antara di Tokyo, Selasa.Dalam kesempatan itu Garin juga ditemani para artis pendukung film Di bawah Pohon, seperti Ayu Laksmi, Nadia Saphira, dan Ikranagara. Sedangkan Marcella Zalianty tidak tampak.Film Garin akan bersaing dengan 15 film lainnya karya sutradara dari manca negara setelah lolos seleksi dari sekitar 700 judul film yang berasal dari 72 negara. Pemenangnya akan diumumkan pada 26 Oktober mendatang sekaligus memperoleh penghargaan Tokyo Sakura Grand Prix dan hadia uang sebesar 100.000 dolar AS. Menurut Garin, tindakan bunuh diri dari satu keluarga, orang tua dan anak-anaknya merupakan protes keras terhadap hilangnya hati nurani dari kehidupan sosial suatu masyarakat, namun sepertinya dibiarkan saja oleh pihak-pihak yang semestinya bertanggungjawab dalam menumbuhkan kepedulian sosial. "Pemerintah kita semestinya terusik dengan fenomena tersebut, karena bunuh diri bukanlah merupakan budaya masyarakat Indonesia," katanya lagi. Ia kemudian membandingkanya dengan kultur "harakiri" yang ada di masyarakat Jepang. Meskipun begitu pemerintah Jepang justru mengambil langkah-langkah serius untuk menekan kasus bunuh diri. "Di bawah Pohon mencoba menyampaikan pesat tersebut, karena pohon sangat dekat dengan kehidupan manusia dan juga dunia mistis yang melingkupinya, terlebih di Bali," ujar peraih sejumlah penghargaan internasional tersebut. Di bawah pohon mengisahkan tentang perjalanan hidup tiga perempuan di Bali. Film yang menghabiskan waktu "shooting" selama 14 hari itu bercerita mengenai kelahiran, perjalanan cinta dan kematian manusia dalam kehidupan Bali yang penuh dengan budaya mistis.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008