Jakarta (ANTARA News) - PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) menyatakan akan melakukan pembelian kembali saham (share buy back) sebanyak-banyaknya Rp600 miliar. Direktur Utama PT Bakrie Telecom Tbk, Anindya N. Bakrie dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa, mengatakan, dana Rp600 miliar tersebut setara dengan sebanyak-banyaknya 7,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh atau senilai 2.135.966.462 lembar saham. PT Mandiri Sekuritas akan menjadi perantara pedagang efek yang ditunjuk oleh perseroan dalam rangka pelaksanaan rencana transaksi. Dana untuk pelaksanaan buy back direncanakan akan diambil dari kas internal serta dilakukan secara bertahap dalam waktu tiga bulan sejak perseroan menyampaikan ihwal rencana tersebut minggu lalu kepada Bapepam-LK dan PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Meskipun diambil dari dana kas internal, managemen perusahaan memastikan bahwa proses pembelian kembali sahamnya tidak akan mengganggu operasi dan belanja modal pada masa depan. "Perseroan meyakini bahwa pelaksanaan dari program pembelian kembali saham tidak akan mempengaruhi kondisi keuangan perseroan karena kami memiliki arus kas yang cukup untuk melaksanakan pembelian kembali saham dan untuk melakukan kegiatan usaha perseroan," kata Anindya. Keputusan perseroan untuk membeli kembali sahamnya, menurut Anindya, lebih ditujukan untuk mengembalikan kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan yang memiliki pencapaian dan dasar usaha yang sudah kuat, selain akan melindungi kepentingan pemegang saham itu sendiri. "Perseroan tidak akan membeli kembali sahamnya kalau tidak yakin akan kinerja dan masa depannya. Karena itu, langkah buyback justru akan memperkuat sentimen pasar terhadap masa depan perseroan yang pada gilirannya akan melindungi kepentingan pemegang saham", ujar Anindya. Sementara itu, dana kas internal sebagian besar diambil dari hasil operasional Bakrie Telecom yang didapat dari pencapaian pendapatan dan laba bersih perusahaan. Dari laporan keuangan per 30 Juni 2008, pendapatan kotor perseroan melonjak sebesar 90,0 persen dimana pada semester pertama 2008 pendapatan kotor perseroan tercatat senilai Rp1.235,0 miliar. Sedangkan pada periode yang sama pada tahun sebelumnya pendapatan kotor perseroan masih sebesar Rp650,1 miliar. Pertumbuhan signifikan juga tercatat pada pendapatan bersih perseroan yang tumbuh 90,2 persen dari Rp493,2 miliar pada semester I 2007 menjadi Rp938,0 miliar pada periode yang sama tahun berikutnya. Sedangkan laba bersih perseroan tumbuh 59,5 persen. Jika semester pertama 2007 laba bersih Bakrie Telecom tercatat sebesar Rp39,1 miliar maka pada periode yang sama pada tahun 2008 laba bersih perseroan meningkat menjadi Rp62,4 miliar. Sementara itu catatan EBITDA (Earnings Before Interest, Depreciation & Amortization) untuk semester pertama 2008 sebesar Rp341,3 miliar atau tumbuh 72,1 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp198,4 miliar. Pencapaian positif tersebut telah menyebabkan kondisi neraca keuangan dalam keadaan sehat. "Kami baru saja mendapatkan dana dari hasil right issue senilai Rp3 triliun pada awal tahun 2008 ini. Dari hasil tersebut likuiditas kas perseroan tetap terjaga. Bahkan sampai pada pendanaan atas kebutuhan belanja modal perseroan senilai 600 juta dolar AS hingga tahun 2010 sebagian besar sudah terpenuhi," papar Anindya lebih lanjut. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008