Jakarta (ANTARA News) - Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi menjadi ancaman terhadap upaya penyediaan pangan nasional karena jumlah penduduk yang besar dan terus bertambah menuntut tersedianya pangan yang besar, demikian Menteri Pertanian Anton Apriyantono, di Jakarta, Selasa. Pada 1900 jumlah penduduk Indonesia baru mencapai 40 juta jiwa, namun pada 2000 jumlahnya melonjak menjadi 200 juta atau dalam 100 tahun telah meningkat lima kali lipat. "Diprediksi penduduk Indonesia akan menjadi 400 juta pada 2035. Bagaimana dengan penyediaan pangan ketika itu," katanya pada Lokakarya Nasional SRI (System or Rice Intensification) di Gedung Deptan. Anton mengungkapkan, melalui Revolusi Hijau Indonesia berhasil meningkatkan produksi beras secara nasional dari 8 juta ton pada 1963 menjadi 32 juta ton pada 2004, atau terjadi peningkatan produksi 400 persen selama 40 tahun. Namun, saat ini Indonesia menghadapi tantangan yang tidak ringan yakni permintaan pangan akibat meningkatnya jumlah penduduk, selain menguatnya masalah pencemaran lingkungan dan penurunan keanekaragaman hayati. Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Siswono Yudhohusodo mendesak Departemen Pertanian untuk mengantisipasi kenaikan permintaan pangan dalam negeri. Menurut dia, pertumbuhan produksi paling tidak harus seimbang dengan pertumbuhan penduduk agar swasembada pangan dapat dicapai sebelum Indonesia menjadi negara eksportir pangan tropis. "Jangan sampai terulang di masa depan, kita menjadi negara importir beras terbesar di dunia seperti tahun 1998-2001," katanya. Saat ini, walaupun berstatus negara agraris, Indonesia masih dikenal sebagai pengimpor banyak produk pertanian dan peternakan seperti kedelai, gula, daging sapi, dan gandum. Senada dengan Siswono, Direktur Utama PT Medco Arifin Panigoro mengingatkan pemerintah untuk tidak berbangga dengan surplus pangan yang dicapai saat ini. "Dengan pertumbuhan penduduk yang mencapai 2,5 persen per tahun pada lima hingga sepuluh tahun ke depan, apa masih surplus?" tanyanya. Medco Foundation sendiri telah mengembangkan padi SRI organik di sejumlah wilayah seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Banten, Kalimantan Tengah, Aceh dan Merauke, Papua. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008