Fase 1 lebih baik daripada tidak memiliki Fase 1, tetapi itu tidak berarti tidak akan ada ketidakpastian perdagangan
New York (ANTARA) - Harga minyak naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), didukung oleh harapan kesepakatan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China akan meningkatkan permintaan minyak pada 2020 setelah perselisihan yang berkepanjangan antara dua negara ekonomi terbesar di dunia yang melemahkan sentimen pasar global.
Perjanjian perdagangan fase satu antara ASt dan China telah benar-benar selesai," kata Penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, pada Senin (16/12/2019), yang memperkirakan ekspor Amerika Serikat ke China akan berlipat ganda berdasarkan kesepakatan.
Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari naik 76 sen atau 1,2 persen, menjadi menetap di 66,10 dolar AS per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, ditutup 73 sen atau 1,2 persen lebih tinggi pada 60,94 dolar AS per barel.
Perjanjian perdagangan fase satu tidak berarti ketegangan akan hilang sepenuhnya dalam waktu dekat, kata Presiden Fed Dallas Robert Kaplan pada Selasa (17/12/2019).
"Fase 1 lebih baik daripada tidak memiliki Fase 1, tetapi itu tidak berarti tidak akan ada ketidakpastian perdagangan," kata Kaplan dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV. "Saya pikir masalah perdagangan dengan China akan berlangsung selama ... bertahun-tahun."
Sengketa perdagangan yang berkepanjangan telah mengurangi permintaan minyak dan menekan harga. Bank-bank termasuk JP Morgan dan Goldman Sachs telah merevisi perkiraan harga 2020 mereka di tengah membaiknya prospek perdagangan dan perjanjian baru yang dipimpin OPEC untuk mengekang produksi.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu seperti Rusia -- sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ -- akan membuat pengurangan pasokan minyak lebih lanjut 500.000 barel per hari dari 1 Januari untuk mendukung pasar.
Ini datang di atas kesepakatan yang ada untuk memangkas pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari yang mulai berlaku pada 1 Januari tahun ini.
"Kombinasi dari peningkatan selera risiko dan pemangkasan produksi OPEC+ yang lebih besar dari yang diperkirakan dapat membuat modal spekulatif mengalir ke sisi jangka panjang untuk beberapa sesi lagi dalam membatasi perubahan penurunan harga," kata Presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, dalam sebuah catatan.
Juga mendukung harga pada Selasa (17/12/2019), stok minyak mentah AS diperkirakan telah jatuh minggu lalu, menurut tujuh analis yang disurvei oleh Reuters. Data diharapkan pada Selasa sore dari kelompok industri minyak American Petroleum Institute, diikuti oleh data pemerintah yang akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
Baca juga: Dolar AS menguat, dipicu pound jatuh akibat kekhawatiran "Hard Brexit"
Baca juga: Harga emas merangkak naik di tengah penguatan ekuitas dan dolar AS
Baca juga: Harga emas merangkak naik di tengah penguatan ekuitas dan dolar AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019