Jakarta (ANTARA News) - Tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia ("BI rate") yang kini mencapai 9,5 persen berdampak negatif kepada sektor properti, kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI), Teguh Satria, di Jakarta, Selasa.Menurut Teguh, kenaikan BI rate telah memicu kenaikan suku bunga kredit bank untuk KPR dan kredit konstruksi. "Rata-rata (suku bunga) naik sebesar 2-3 persen," ujarnya. Ia menambahkan kini suku bunga kredit untuk KPR dan konstruksi rata-rata mencapai 14-17 persen dari sebelumnya 12-14 persen per tahun . Kenaikan suku bunga kredit bank tidak sertamerta menaikkan harga jual properti. Sebab, pengusaha properti juga harus mempertimbangkan kemampuan daya beli masyarakat. "Harga tidak naik saja susah menjualnya," ujarnya.Untuk itu ia mengharapkan, BI rate sebaiknya tidak naik lagi hingga akhir tahun. "Syukur-syukur bisa turun," ucapnya. Menurut dia, saat ini harga properti yang belum naik. Karena itu, ia menyarankan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membeli properti. Selain kenaikan BI Rate, sektor properti juga terpukul akibat gejolak finansial global yang telah menjalar ke Indonesia. Akibatnya bank mengalami kesulitan likuiditas sehingga ekspansi kredit menjadi macet. Imbasnya banyak bank menyetop kredit ke sektor properti. Padahal kredit bank selama ini menjadi darah bagi pembangunan properti. Menurut Teguh saat ini hanya Bank Tabungan Negara (BTN) yang masih getol menyalurkan kredit ke sektor properti. Di tahun 2009, ia berharap BI rate sesuai dengan asumsi yaitu 7,5 persen. Jika itu tercapai maka ia yakin sektor properti akan bergairah kembali.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008