Purwokerto (ANTARA News) - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik menilai kebudayaan lebih tinggi dibanding pariwisata sehingga pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menempatkan kebudayaan dan pariwisata dalam satu kementerian. "Pariwisata memang penting karena mendatangkan devisa, tetapi kebudayaan lebih penting lagi karena merupakan identitas bangsa," katanya ketika membuka Konferensi Internasional Kebudayaan Jawa (KIKJ) di Purwokerto, Senin malam. Ia mengatakan devisa mesti didatangkan, namun identitas bangsa juga harus dijaga. Oleh karena itu, keduanya disatukan untuk mencegah konflik antara budayawan dan industri pariwisata. "Dengan demikian, tugas saya menyatukan pariwisata dan kebudayaan. Pariwisata menghormati batas-batas konservasi, sedangkan kebudayaan membuka diri untuk diapresiasi dunia luar," katanya. Tujuan akhir dari semua itu adalah kesejahteraan rakyat karena pariwisata dan kebudayaan harus mendukung strategi pembangunan `pro growth, pro job, pro poor (keberpihakan pada pertumbuhan, ketersediaan lapangan kerja, keberpihakan pada kemiskinan) yang dikenal dengan `triple track strategy` (tiga tingkatan strategi). Terkait KIKJ, Menbudpar mengatakan kebudayaan Jawa adalah salah satu unggulan budaya Indonesia dan sudah lama dikenal serta diakui dunia seperti oleh buku Raffles berjudul `History of Java`. Budaya luhur ini menghasilkan banyak `masterpiece` kebudayaan Jawa dan telah diakui Unesco, diantaranya wayang (2003), keris (2005) dan batik (masih dalam proses). "Kebudayaan adalah faktor yang dibanggakan orang Indonesia. Kebudayaan Jawa sudah lama menjadi kebanggaan orang Indonesia," katanya. Karena itu, Menteri mengajak masyarakat mengangkat warisan budaya bangsa dikemas dengan baik dan dijadikan industri yang membuat rakyat sejahtera tanpa mengorbankan identitas bangsa. Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengatakan kebudayaan Jawa adalah akar budaya nasional yang perlu terus dilestarikan dan mudah dikenali secara fisik antara lain melalui bahasa dengan dialek serta seni budayanya. "Bahkan beberapa konsep kebudayaan Jawa juga digunakan dalam kepemimpinan antara lain `manunggaling kawula dan gusti` (menyatunya rakyat dan pimpinan), maupun `hasta brata` (delapan jalan kebaikan)," katanya. Konferensi Internasional Kebudayaan Jawa (KIKJ) berlangsung hingga Kamis (23/10) mendatang, dan diikuti sejumlah aktivis budaya dari berbagai daerah di Indonesia serta luar negeri di antaranya Vietnam, Jepang, Amerika dan Mesir. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008