Makassar (ANTARA News) - Excecutive Director International Cocoa Organization (ICO) Jan Vingerhoets menyatakan, kakao Indonesia yang sebagian besar berasal dari Sulawesi Selatan banyak terkontaminasi benda-benda asing yang dikategorikan sampah.
"Jika Indonesia tidak memperbaiki kualitas kakaonya, maka kemungkinan kakao Indonesia akan sulit dipasarkan ke pasar dunia," kata Jan seusai bertemu dengan Ketua Umum DPP Assosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO) Halim A. Razak dan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo di di Makassar, Senin.
ICO mengunjungi Indonesia untuk membahas kecenderungan menurunnya mutu dan pasokan kakao dari Indonesia, khususnya dari Sulawesi Selatan, dalam beberapa tahun terakhir ini.
Ketua Umum DPP Assosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO) Halim A. Razak mengakui, kualitas kakao Indonesia menurun akibat hama yang menyerang tanaman, di samping juga karena terus turunnya harga kakao dunia.
Harga lokal kakao yang tiga bulan lalu mencapai Rp25.000/Kg, sekarang turun menjadi Rp18.000/Kg sehingga menurunkan semangat para petani untuk memproduksi kakao.
Untuk menggenjot lagi produktivitas dan kualitas kakao, Askindo memelopori peremajaan tanaman dan penanaman kembali 50 juta bibit kakao per tahun, selain memberi petani pelatihan mengelola kakao secara baik serta pendampingan terus-menerus dari Askindo.
Masalah lain yang dihadapi Indonesia adalah negara ini belum terdaftar menjadi anggota ICO. Jan Vingerhoets sendiri sudah lama menginginkan Indonesia menjadi anggota ICO.
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar keempat dunia, namun hingga kini belum menjadi anggota ICO.
"Jika Indonesia masuk anggota ICO, kami akan membantu segala permasalahan kakao yang terjadi di Indonesia," janji Jan seraya memastikan proses keanggotaan Indonesia dalam ICO akan berlangsung cepat.
Sebelum ke Makassar, Jan Vingerhoets telah bertemu dengan empat menteri di Jakarta, namun dia tidak mengungkapkan keempat menteri tersebut. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008