Surabaya (ANTARA News) - Program D-3 Pengobatan Tradisional (Batra) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya hari Senin untuk pertama kalinya mencetak 14 pengobat tradisional, yang diharapkan mampu menjadi pioner dalam pengobatan tradisional di Indonesia. "Mereka memang merupakan lulusan pertama program D-3 Batra FK Unair bersama ahli madya kesehatan lainnya," kata Kepala Program Studi Pengobat Tradisional Dr Arijanto Jonosewojo di Surabaya, saat mengambil sumpah 82 lulusan ahli kesehatan madya yang terdiri atas 32 orang dari Program Studi (Prodi) Analis Medis, 33 orang dari Prodi Fisioterapi, 14 orang dari Prodi Batra (lulusan yang pertama kali). Menurut Arijanto Jonosewojo, lulusan pertama Prodi Batra Unair mungkin akan banyak menghadapi tantangan. "Sebagai satu-satunya pendidikan formal pengobatan tradisional di Indonesia saat ini, Batra Unair selalu menjadi rujukan dan contoh bagi universitas lain yang ingin membuka program studi serupa," katanya. Bahkan, katanya, Presiden RI memberikan penghargaan kepada Prodi Batra Unair sebagai standar untuk program studi serupa di universitas lain. "Karena itu, kami berharap lulusan pertama kali ini bisa menjadi pioner pengobatan tradisional berstandar di Indonesia. Kalau bisa, mengangkat pengobatan tradisional menjadi layanan kesehatan formal di rumah sakit," katanya. Dalam pelantikan dan pengambilan sumpah ahli kesehatan madya yang dihadiri Dekan FK Unair Prof Dr dr Muhammad Amin Sp.P(K), Wakil Direktur RSUD dr Soetomo Surabaya dr Urip Murtedjo SpB mengaku senang dengan adanya poli pengobatan tradisional di RSUD dr Soetomo. "Saya berharap, pelantikan dan pengambilan sumpah para lulusan Ahli Madya FK Unair akan mampu menjadi awal dari langkah berikut dalam layanan kesehatan di Indonesia," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008