Berapapun daya listrik yang dibutuhkan industri, kami siap. Jadi industri tidak perlu membangun (pembangkit) sendiri

Semarang (ANTARA) - PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menjamin kecukupan pasokan listrik untuk sembilan kawasan industri baru di Jateng.

"Berapapun daya listrik yang dibutuhkan industri, kami siap. Jadi industri tidak perlu membangun (pembangkit) sendiri," kata General Manager PLN UID Jateng dan DIY Feby Joko Priharto di Semarang, Selasa.

Kapasitas terpasang produksi listrik Jateng dan DIY saat ini sekitar 7.500 MW, dengan produksi existing sekitar 5.600 MW, sedangkan kebutuhan sehari-hari pada beban puncak sekitar 4.300 MW sehingga ada sisa 1.300 MW.

Oleh karena itu, Feby didampingi sejumlah pejabat PLN Jateng dan DIY menegaskan, pihaknya siap melayani dan memenuhi kebutuhan listrik bagi investor yang menanamkan modal di Jateng.

Baca juga: PLN segera melistriki Kokonao dan Agimuga di Mimika

Menurut rencana, PLTU Batang pada medio 2020 juga mulai beroperasi dengan produksi 1.000 MW dari kapasitas terpasang 2.000 MW. Begitu pula PLTU Tanjung Jati B Jepara juga akan menyediakan tambahan setrum sekitar 1.000 MW pada tahun 2020.

Relokasi puluhan industri dari kawasan Jabodetabek dan investasi dari mancanegara ke Jawa Tengah yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif bakal membutuhkan dukungan ketersediaan listrik.

"Jangan pernah ada keraguan untuk berinvestasi di Jateng, PLN Jateng dan DIY siap memenuhi kebutuhan, berapapun yang diperlukan," kata Feby menegaskan.

Ia menyebutkan, pihaknya baru saja menandatangani kontrak pemasangan dengan dua investor sebesar 63 MVA. Kawasan industri baru Jateng itu, antara lain di Kabupaten Cilacap, Rembang, Kebumen dan Brebes.

Feby menambahkan saat ini elektrifikasi di Jateng mencapai 99 persen sehingga tinggal 1 persen yang belum teraliri listrik. "Ini tinggal menunggu waktu saja. Itu juga membutuhkan kesiapan konsumen," katanya.

Baca juga: Pemerintah genjot industri ekspor dan pariwisata di Jateng-Jatim

Disebutkan, di Jateng tecatat ada sekitar 10,4 juta keluarga, sedangkan jumlah pelanggan di provinsi ini terekam sekitar 11,5 juta. "Selisih ini karena ada pelanggan, yang selain memiliki rumah, juga memiliki toko dan lainnya," katanya.

Penyisihan gaji

Untuk membantu keluarga yang belum memiliki listrik karena keterbatasan ekonomi, pegawai PLN UID Jateng DIY menggalang dana hasil dari penyisihan gaji mereka.

"Dari hasil penyisihan gaji pegawai PLN itu terkumpul Rp1,3 miliar. Bisa untuk mengaliri listrik untuk 1.785 sambungan, 1.700 di antaranya sudah menyala sehingga tersisa 85 untuk sambungan baru," kata Feby.

Mengenai listrik mati, disebutkan ada dua penyebab yakni karena ada gangguan alam atau pemadaman karena ada pemeliharaan jaringan. "Sekitar 60 persen listrik padam akibat gangguan dari pohon," katanya.

Baca juga: PLTMG Pomako Timika berkapasitas 10 MW segera beroperasi

Kendati demikian, Feby menegaskan bahwa sekitar 3.400 petugas PLN siap 24 jam untuk mengatasi masalah tersebut. "Waktu tanggap (respons time) maksimal 45 menit, sedangkan waktu pemulihan (recovery time) maksimal 3 jam," katanya.

Menurut dia, dengan jumlah pelanggan sekitar 11,5 juta, pihaknya dituntut selalu siaga dan bekerja keras agar setiap gangguan bisa segera diatasi.

"Listrik mati 30 menit saja sudah gaduh. Namun, kami memiliki recovery time maksimal 3 jam. Ini beda dengan pelayanan lain, yang penangannya bisa sampai 3 hari," katanya.

Baca juga: Presiden dorong Jateng mengembangkan industri ekspor dan pariwisata

Pewarta: Achmad Zaenal M
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019