Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum HIPMI Erwin Aksa memperkirakan tingkat kapasitas produksi (utiliti) dunia usaha akan terpangkas 10-30 persen akibat krisis keuangan global. "Krisis ekonomi di AS dan Eropa akan mulai terasa pada Januari 2009, namun menjelang akhir tahun 2008 sudah tampak ada penurunan order maupun permintaan," kata Erwin di Jakarta, Senin. Penurunan pendapatan setiap industri bakal berbeda-beda atau tergantung sektor usahanya. "Jika berorientasi ekspor akan turun sekitar 20-30 psesen, sedangkan jika perusahaan orientasi domestik hanya tertekan sekitar 10-15 persen," paparnya. CEO Bosowa Corporation ini juga memperkirakan kapasitas produksi dunia usaha akan mengalami penurunan menjadi hanya sekitar 80 persen. "Saat ini, tingkat 'utility' sudah merosot menjadi sekitar 90 persen, karena banyak rekanan yang membatalkan order (pesanan)," katanya. Meski tidak sepakat menyebut dunia usaha atau sektor riil saat ini telah terpuruk dan tekanan tingginya suku bunga telah mempengaruhi dunia usaha, Erwin melihat dunia usaha tetap bergerak. Untuk mengatasi dampak krisis global ini, dunia usaha akan merevisi rencana kerja termasuk investasi. "Ada proyeksi penurunan pendapatan, dengan berupaya memperkuat likuiditas dengan meminta percepatan pembayaran transaksi ekspor," ujarnya. Untuk menyiasati keadaan ini, HIPMI meminta pemerintah memberi insentif kepada dunia usaha berupa keringanan pembayaran pajak. "Penalti bagi yang tidak membayar pajak bisa saja diturunkan dari misalnya 1-2 persen, menjadi 0,5 persen," tandasnya. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008