Jakarta (ANTARA News) - Memilih pemimpin masa depan memang bukan perkara gampang. Wajar jika Laksamana TNI (pur) Slamet Soebijanto menyarankan Shalat Istikharah kepada masyarakat sebelum menentukan pilihannya pada Pemilu 2009. "Jangan salah memilih, kalau perlu Shalat Istikharah. Karena sekali kita salah memilih, maka akibatnya kita semua menanggungnya selama lima tahun," kata mantan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) itu, saat pendeklarasian dirinya sebagai capres independen pada Pemilu 2009, di Jakarta, Minggu. Mengenakan setelan safari coklat muda dan peci, pria lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) 1973 itu, mengatakan pencalonannya sebagai capres independen benar-benar didasarkan pada keprihatinnya terhadap kondisi bangsa ini, yakni bangsa besar dengan sumber daya melimpah, tetapi tidak berdaya menghadapi gempuran globalisasi di segala bidang. "Banyak sumber daya alam kita yang dicuri, minyak dan gas dikelola pihak asing, tetapi kita tidak mendapatkan apa-apa. Karenanya, jika Allah SWT mengijinkan saya sebagai presiden periode mendatang, saya akan melakukan perubahan yang terarah, yang membuat bangsa ini kembali besar, bermartabat dan dihargai bangsa-bangsa lain," kata mantan Wakil Gubernur Lemhanas itu. Tentang capres independen yang belum ditetapkan ketentuan hukumnya, Slamet mengaku, bisa memahami hal tersebut. "Tetapi jika Allah menghendaki, apapun bisa terlaksana, meski saya tidak memiliki kendaraan politik, tetapi jika ada masyarakat, bahkan anggota partai politik yang satu ide, saya persilakan untuk bergabung," katanya, kalem. Berbeda saat menjadi orang nomor satu di jajaran TNI AL, dengan sabar dan kalem, Slamet Soebijanto melayani pertanyaan para juru warta seputar pencalonannya sebagai presiden pada Pemilu 2009. Pada acara yang dimeriahkan dengan pertunjukkan kesenian itu, ayah lima orang putra itu mengklaim telah didukung enam parpol, selain Aliansi Gerakan Mahasiswa Indonesia, Paguyuban Seni dan Budaya Nusantara serta Aliansi Masyarakat Adat Indonesia. (*)

Copyright © ANTARA 2008