Kantaralak (ANTARA News) - Perdana Menteri Thailand Somchai Wongsawat, Sabtu mengatakan ia akan mengusahakan pertemuan tatap muka dengan pemimpin Kamboja Hun Sen setelah bentrokan senjata di dekat sebuah kuil berusia 900 tahun pekan ini. "Saya sedang mencari waktu yang tepat untuk berunding dengan dia. Kami harus memiliki satu kesempatan untuk berunding," kata Somchai kepada wartawan setelah mengunjungi pasukan Thailand yang berhadapan dengan tentara Kamboja di perbatasan itu. Pemimpin Thailand itu mengulangi kembali pernyataan-pernyataan Hun Sen, Jumat bahwa penengahan pihak luar tidak diperlukan untuk menyelesaikan sengketa itu. "Ini adalah satu masalah antara Thailand dan Kamboja. Kami tidak akan mengizinkan negara-negara lain dilibatkan," kata Somchai. Kedua pihak telah berusaha untuk meredakan ketegangan sejak tiga tentara Kamboja tewas dalam baku tembak 40 menit, Rabu. Dua tentara Kamboja dan tujuh serdadu Thailand juga cedera. Pada hari Sabtu, seorang tentara Thailand meninggal setelah tergelincir ketika patroli dan dengan tidak sengaja senjatanya meletus mengenai dirinya sendiri, kata seorang jurubicara militer. Militer kedua negara sepakat untuk melakukan patroli bersama perbatasan dan melakukan perundingan mengenai pengurangan pasukan mereka di sekitar kuil Hindu itu, satu sumber ketegangan perbatasan selama beberapa generasi. Hun Sen, mantan komandan Khmer Merah yang memerintah Kamboja selama lebih dari dua dasawarsa, Jumat mengatakan konflik itu tidak akan meningkat menjadi satu konflik yang lebih luas dan serius. Beberapa pengamat mengaitkan pecahnya baku tembak di perbatasan itu dengan ketidakstabilan politik yang melanda Thailand selama tiga tahun belakangan ini, mencapai puncaknya pekan ini ketika Somchai menghadapi desakan dari para jenderalnya untuk mundur. Panglima Angkatan Darat Anupong Paochinda dalam wawancara televisi, Kamis, di mana ia mengatakan Somchai harus mundur setelah bentrokan berdarah antara polisi dan para pemrotes anti pemerintah pekan lalu, yang menimbulkan rumor-rumor kudeta dua tahun setelah mantan PM Thaksin Shinawatra disingkirkan dalam kudeta tidak berdarah, demikian Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008