Beijing, (ANTARA Newst) - Orang yang bertubuh sangat gemuk sesungguhnya tak menikmati makanan yang disantap. Mereka juga menyantap makanan yang lebih banyak kalorie guna mengimbangi kenikmatan yang hilang. Temuan itu muncul dari studi pencitraan otak seketika pada orang yang berbadan sangat gemuk dan perempuan kurus oleh Eric Stice, PhD dari Oregon Research Institute, dan rekannya, demikian laporan media Jumat. "Kami mulanya mengira orang yang kegemukan akan memperoleh imbalan lebih besar dari makanan. Tetapi orang yang berbadan sangat gemuk hanya mengharapkan imbalan lebih besar; mereka memperoleh imbalan yang lebih sedikit. Ini adalah proses yang ironis," kata Stice. Dengan menggunakan teknik yang disebut fungsi Magentic Resonance Imaging (fMRI), para peneliti mengkaji 43 mahasiswi yang berusia 18 hingga 22 tahun dan 33 remaja yang berumur 14 sampai 18 tahun, sewaktu mereka minum coklat atau susu atau cairan tanpa rasa. Sel-sel di pusat "hadiah" di otak mengeluarkan "dopamine" ketika mereka makan, sehingga menimbulkan rasa nikmat, pata para peneliti. Pengamatan otak memperlihatkan kegiatan di daerah "dorsal striatum" di otak jauh lebih lemah pada perempuan gemuk. Nmaun setelah satu tahun, para peserta yang memperlihatkan reaksi tumpul lebih mungkin untuk menambah berat badan. "Para peneliti tersebut mengungkapkan orang yang bertubuh sangat gemuk mungkin memiliki lebih sedikit reseptor dopamine, sehingga mereka makan berlebihan untuk mengganti kekurangan hadiah," kata Stice, yang telah mempelajari gangguan makan dan kegemukan selama hampir dua dasawarsa. Meskipun penelitian pada waktu lampau telah memperlihatkan bahwa faktor biologi memainkan bagian penting pada kegemukan, studi tersebut adalah salah satu yang pertama yang secara positif mengidentifikasi berbagai faktor yang meningkatkan resiko orang bertambah gemuk pada masa depan. Hasil itu, kata Stice, adalah kunci untuk memahami penambahan berat badan dan membantu orang-orang yang beresiko menjadi gemuk.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008