Magelang (ANTARA News) - Pusara artis film horor, Suzana Martha Frederica Van Osch Nathalia, ditunggu selama 24 jam oleh tiga orang pembantu paruh waktu rumah tangganya, selama tujuh hari. "Saya disuruh Pak Clift (Stevanus Clift Nathalia alias Clift Sangra, suami Suzana, red) menunggu makam Bu Suzana," kata Suryono (31), salah seorang di antara tiga penunggu pusara Suzana, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Giriloyo, Kota Magelang, Jawa Tengah, di Magelang, Jumat. Dia bersama adiknya, Wahyu Widodo (23) dan ayahnya, Sukarno (60), selama tujuh hari menunggu pusara itu, mulai Kamis (16/10). Secara paruh waktu, katanya, mereka bekerja di rumah keluarga Clift-Suzana di kawasan Kebondalem, Kelurahan Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang. "Selama ini kami sering disuruh bersih-bersih rumah, setengah atau sebulan sekali," katanya. Sejak tahun 2002 dirinya bekerja paruh waktu di rumah Suzana. Adiknya yang bernama Fitri, katanya, selama ini sebagai pembantu rumah tangga keluarga Suzana dan tinggal di rumah itu. Ia mengatakan, pada malam pertama bertugas menunggu pusara Suzana, Kamis (16/10) malam hingga siang hari tidak terjadi apa-apa di tempat itu. Kiki Maria, salah seorang anak Suzana, datang ke makam itu, Kamis (16/10) sore sedangkan sekitar pukul 21.00 WIB, dua orang yakni Bono dan Sukardi yang mengerjakan pemasangan keramik sebagai nisan, menengok pusara Suzana. Ia mengatakan, pada malam pertama, ketiganya tidak bisa tidur dan hanya tiduran di samping pusara Suzana. Jika siang hari, katanya, tugas itu dilakukan secara bergiliran, sedangkan pada malam hari, mereka bertiga bersama-sama menunggu pusara tersebut. Pada kesempatan itu, Suryono juga menceritakan keikutsertaan mengurus prosesi pemakaman Suzana sejak dari rumahnya hingga ke pemakaman yang berlangsung secara sederhana dan cepat. "Saya ikut mengangkat jenazah dari tempat tidur untuk dimasukkan ke peti. Di tangannya diberi rangkaian bunga melati berbentuk keris, di lehernya dikalungi rangkaian melati. Semua serba bunga melati," katanya. Pemimpin pengelola TPU Giriloyo, Theodorus Suharno, mengaku, telah mendapat pemberitahuan dari Clift terkait keberadaan tiga pembantunya yang ditugasi menunggu pusara Suzana selama tujuh hari sesuai dengan permintaan almarhumah. "Memang belum menjadi tradisi dalam Katolik, makam harus ditunggu, tetapi ini permintaan keluarga," katanya. Clift mengaku mendapat pesan dari Suzana semasa hidupnya. Jika Suzana meninggal dunia, makamnya ditunggu selama tujuh hari. Penunggunya bisa dirinya atau orang suruhannya. Selain itu, katanya ketika menengok pusara Suzana pada Jumat (17/10), pada hari ke-40 setelah kematiannya, supaya dirinya datang menengok dan menaburkan bunga melati kesukaan almarhumah, dan selanjutnya seminggu sekali. Ia menyatakan ingin melaksanakan pesan Suzana itu. "Mama suka bunga melati karena baunya harum, tidak ada mistik-mistik," katanya. Suzana meninggal dunia dalam usia 66 tahun pada Rabu (15/10) sekitar pukul 23.15 WIB di rumahnya karena sakit diabetes yang dideritanya selama 30 tahun terakhir. Jenazahnya dikubur di TPU Giriloyo, Kamis (16/10), sekitar pukul 09.30 WIB secara sederhana, tanpa upacara besar, sesuai dengan pesan almarhum kepada Clift. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008