Wellington (ANTARA) - Para penyelam Selandia Baru melakukan pencarian dalam perairan yang tercemar di sekitar pulau gunung berapi White Island pada Sabtu, dalam upaya mencari dua jenazah lagi pasca letusan yang mematikan pekan ini, kata kepolisian.
Perairan di sekitar pulau itu terkontaminasi oleh letusan besar berupa batu, lahar dan bahan kimia pada hari Senin sehingga mengurangi daya pandang.
Korban tewas akibat letusan mencapai 14 orang, tetapi jumlah itu mungkin meningkat karena banyak korban dalam perawatan intensif yang mengalami luka bakar parah.
Baca juga: Gubernur NSW: 10 korban erupsi Selandia Baru dibawa ke RS Sydney
"Penyelam telah melaporkan bahwa mereka melihat sejumlah ikan dan belut mati yang hanyut ke pantai dan mengambang di air," kata kepolisian dalam sebuah pernyataan. "Setiap kali mereka muncul, para penyelam dibersihkan dari cemaran menggunakan air segar."
Jenazah enam orang berhasil ditemukan pada Jumat (13/12) setelah tim militer dengan masker gas dan pakaian antipencemaran mendarat di pulau tak berpenghuni itu dan memindahkan mayat-mayat dalam operasi berisiko tinggi.
Polisi mengatakan mereka tidak dapat membawa dua jenazah sisanya, tetapi melihat setidaknya ada satu mayat di perairan yang tidak terlalu jauh dari garis pantai pulau.
Baca juga: Ibu dan putrinya jadi korban letusan gunung berapi di Selandia Baru
Sembilan anggota regu penyelam dari kepolisian melanjutkan pencarian pada pukul 07.00 pagi waktu setempat (18.00 GMT Jumat) dan operasi kemudian akan ditingkatkan oleh tim penyelam angkatan laut pada hari yang sama.
Polisi mengatakan dalam sebuah pernyataan sebelumnya bahwa mereka tidak akan kembali ke pulau itu untuk pencarian di darat pada hari Sabtu. Mereka akan kembali pada suatu saat.
"Perencanaan hari ini akan memungkinkan kita untuk kembali ke pulau itu untuk melakukan pencarian lebih lanjut di darat untuk sisa orang yang sudah meninggal, karena lingkungan di dan sekitar pulau itu memungkinkan," kata polisi. "Tidak akan ada kembali ke pulau hari ini."
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu, badan geologi GeoNet mengatakan ada risiko 35% hingga 50% dari letusan yang akan berdampak di luar area ventilasi gunung berapi dalam 24 jam ke depan. Penurunan dari risiko 50% dan 60% diumumkan pada Jumat.
Baca juga: Palang Merah Selandia Baru sebut nama warga Australia yang hilang
Gunung berapi, tujuan wisata populer bagi para pelancong harian, meletus pada Senin (9/12). Gunung tersebut memuntahkan abu, uap, dan gas di seluruh pulau. Di antara 47 orang yang sedang berada di pulau itu pada saat letusan adalah turis Australia, Amerika Serikat, Jerman, China, Inggris, dan Malaysia.
Korban tewas akibat letusan sekarang mencapai 14 orang.
Puluhan orang berada di rumah sakit di Selandia Baru dan Australia, sebagian besar mengalami luka bakar yang parah.
Kritik bermunculan soal kenapa para wisatawan diizinkan berada di pulau itu. Padahal, menurut para pengkritik, sudah ada tanda-tanda peningkatan pergerakan beberapa hari sebelum gunung itu meletus.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pada Sabtu mengumumkan bahwa mengheningkan cipta satu menit akan dilakukan pada pukul 14.11 waktu setempat (01.11GMT) pada 16 Desember, tepat satu minggu setelah letusan yang membawa korban jiwa itu terjadi.
"Di mana pun Anda berada di Selandia Baru, atau di seluruh dunia, ini adalah saat kita dapat berdampingan dengan mereka yang kehilangan orang yang dicintai dalam tragedi yang luar biasa ini," kata Ardern dalam pernyataannya.
Sumber: Reuters
Baca juga: "Tak ada tanda kehidupan" di pulau gunung meletus Selandia Baru
PVMBG : Ada 19 gunung berapi status waspada
Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019