Reykjavik (ANTARA News) - Saat rakyat Islandia tiba-tiba menyadari diri mereka sedang menghadapi pusaran badai krisis finansial global, banyak dari mereka mencari stabilitas dan pelipur lara dengan memiliki barang-barang mewah, seperti jam tangan Rolex. Tak seperti nilai mata uang Islandia, jam tangan Rolex akan terus memancarkan kilaunya dan mempertahankan nilainya. Ketika Islandia dalam pekan-pekan belakangan ini limbung dan berada di ambang kebangkrutan, Frank Michelsen, satu-satunya pemilik toko Rolex di negara itu, menyatakan tokonya mengalami kenaikan penjualan yang "sangat berarti". Namun demikian, ia menolak mengungkapkan angkanya, karena takut dituduh memanfaatkan krisis untuk memperkaya diri. "Para pembeli menginginkan sesuatu yang mereka dapat terus genggam di tangan mereka," tutur Michelsen kepada AFP. "Mereka tidak mempercayai angka-angka pada komputer, sehubungan mereka telah menyaksikan angka-angka ini lenyap seperti asap," katanya. Likuiditas ketat Dalam setahun belakangan ini, nilai krona Islandia telah merosot sebanyak 40 persen dibandingkan dengan euro dan dolar. Kondisi ini menyebabkan ketatnya likuiditas yang dalam beberapa pekan terakhir mengakibatkan seluruh sektor finansial negara itu ambruk. Sebagian besar pembeli Rolex di tokonya memborong jam mewah tersebut, yang harganya mencapai ribuan dolar atau euro per buah. Sejak terdevaluasinya krona, yang tercermin sepenuhnya pada harga-harga di toko itu, pembeli yang memutuskan membeli barang mewah bukan untuk kepentingan di belakang hari, menjual kembali jam itu di luar negeri untuk mencari untung. Jam tangan buatan Swiss itu pada umumnya dipandang sebagai simbol status. Di pasar dunia harganya bervariasi, tergantung pada model dan material yang digunakan. Untuk model emas Submariner harganya berkisar dari 20.000 dolar hingga 28.000 dolar, untuk model baja Oyster harganya mulai dari 4.500 dolar hingga 9.200. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008