Phnom Penh, (ANTARA News) - Perdana Menteri Kamboja Hun Sen Jum`at menyerukan peningkatan anggaran belanja militer, pertama kalinya sejak jatuhnya Khmer Merah pada 1998, dua hari setelah meletus pertempuran di perbarasannya dengan Thailand. "Kami harus meningkatkan anggaran militer," katanya pada awal sidang kabinet mingguan di Phnom Penh. Komentar-komentarnya direkam oleh seorang wartawan suratkabar lokal, yang kemudian diputar lagi untuk Reuters. Mantan tentara Khmer Merah yang dikenal cerdas, yang menang secara besar-besaran dalam pemilihan umum Juli lalu untuk memperpanjang kekuasaannya selama dua dasawarsa, meminta `mengheningkan cipta` sejenak di awal sidang untuk tiga tentara Kamboja yang tewas dalam bentrokan bersenjata Rabu. "Mereka mengorbankan jiwanya untuk mempertahankan negara kita dalam menghadapi serangan asing," ujarnya. Tujuh tentara Thailand dan dua prajurit Kamboja juga cedera dalam pertempuran roket dan senjata selama 40 menit di sepanjang wilayah yang disengketakan di perbatasan dekat candi berumur 900 tahun, Preah Vihear, yang menjadi sumber ketegangan antara kedua negara selama berpuluh-puluh tahun. Komandan militer Thailand dan Kamboja Kamis sepakat untuk melakukan patroli bersama di perbatasan yang disengketakan, namun mereka gagal mencapai kesepakatan untuk mengurangi pasukan mereka di sekitar candi kuno tersebut. Preah Vihear mendapat pengakuan badan kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) UNESCO sebagai situs Warisan Dunia, yang membuat kelompok nasionalis Thailand, yang menganggap candi itu sebagai miliknya, marah. Mahkamah Internasional beberapa waktu sebelumnya telah menetapkan bahwa candi tersebut adalah milik Kamboja. Namun candi tersebut berada di sekitar tanah yang diakui milik Thailand, sehingga menimbulkan sengketa.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008