Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antar-bank Jakarta pada sesi Jumat pagi menguat 46 poin menjadi Rp9.775/9.780 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.821/9.875, setelah pemerintah menyatakan siap memberikan dukungan kepada bank maupun non bank yang kesulitan. "Pernyaataan pemerintah ini memberikan kepercayaan investor bahwa pemerintah sangat serius menanganani masalah pasar uang maupun saham," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, kenaikan rupiah itu juga didukung oleh aksi pelaku pasar yang melepas dolar AS setelah mengalami kenaikan yang cukup berarti hingga mendekati angka Rp10.000 per dolar AS. "Kami optimis rupiah pada sore nanti akan kembali menguat apabila tidak ada hambatan lain yang menekan pergerakan mata uang Indonesia itu," ucapnya. Apalagi, lanjut dia, Bank Indonesia (BI) tetap melakukan pengawasan terhadap kegiatan bank-bank asing yang bermain valuta asing, sehingga rupiah dapat dijaga lebih baik. Oleh karena, ia menilai, keterpurukan rupiah akibat permintaan valas bank-bank asing, selama ini kurang diawasi. BI melalui berbagai instrumen, menurut dia, telah berusaha menahan tekanan pasar yang negatif, akibat krisis keuangan global, namun instrumen yang dikeluarkan BI kurang mampu mengantisipasi pasar, karena pelaku lebih cenderung membeli dolar AS. Pelaku pasar lebih suka memegang dolar AS ketimbang membeli obligasi yang ditawarkan pemerintah meski tingkat bunga yang ditawarkan cukup kompetitif, ucapnya. Ia mengatakan, rupiah diperkirakan pada pekan depan akan kembali menguat, karena pasar masih mencari untung dengan menjual dolar AS, setelah mengalami kenaikan yang cukup besar. Sementara itu, dolar AS menguat terhadap euro karena para investor mencari tempat berlindung dalam mata uang AS, menyusul berkembangnya kekhawatiran resesi di AS dan Eropa. Euro merosot menjadi 1,3447 dolar dari 1,3495 dolar. Dolar juga terangkat menjadi 101,65 yen dari 99,99. "Kami dapat melihat sentimen penguatan dolar berlanjut karena kekhawatiran para investor belum berkurang," kata Kostaman. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008