Roma (ANTARA News) - Puluhan juta akan kelaparan di seluruh dunia karena sejumlah pemerintah gagal menyalurkan bantuan yang dijanjikan, Direktur Jenderal Organisasi Pangan Dunia (FAO) Jacques Diouf mengingatkan pada Hari Pangan Dunia. Hanya sepersepuluh dari sekitar 22 miliar euro dalam bantuan untuk pangan dan pertanian yang dijanjikan selama 2008 yang tercapai badan pangan PBB itu, kata Diouf, Kamis. "Meski pidato-pidato yang antusias dan komitmen keuangan, kami hanya menerima bagian kecil dari apa yang dijanjikan," kata Diouf ketika ia menandai Hari Pangan Dunia di markas besar FAO di Roma, seperti dilaporkan AFP. Komentarnya muncul ketika seorang pakar mengingatkan bahwa melonjaknya harga pangan telah mendorong naik jumlah masyarakat di dunia yang kelaparan menjadi 925 juta, sementara lebih dari 100 juta telah masuk dalam kemiskinan yang ekstrem. Olivier De Schutter, pelapor khusus PBB dalam hak untuk pangan, mengatakan dalam sebuah pernyataan di Jenewa bahwa keseluruhan sistem produksi pangan perlu diperiksa dengan teliti secara radikal guna menjamin produksi yang patut. "Pelanggaran pada hak dasar harian untuk pangan bagi ratusan juta penduduk di seluruh dunia memiliki akarnya dalam sistem produksi yang tidak mencukupi dan ketinggalan zaman, dibanding dengan jumlah aktual ketersediaan pangan," katanya. Di Dublin, mantan Sekjen PBB Kofi Annan mengatakan bantuan bagi kelaparan di dunia tidak harus terpukul oleh krisis keuangan global yang tidak dapat menjadi "alasan untuk tidak bertindak" pada "saat yang kritis". "Kita harus mempertahankan keputusan kita. Kita dapat mengakhiri kelaparan dan kemiskinan. Melakukan hal itu merupakan hal yang kritis bagi Afrika dan bagi sistem pangan global yang ulet dan sehat," katanya dalam sebuah koferensi Kamis yang bertujuan menyoroti kelaparan global dan mendukung cara-cara lebih baik untuk mengatasinya. Untuk menekankan ia menunjuk data FAO yang diumumkan Kamis bahwa sekitar satu juta anak-anak di bawah umur lima tahun Burundi menderita kekurangan gizi kronis, sementara pejabat Program Pangan Dunia Ethiopia bahwa 84.000 anak-anak menderita kekurangan gizi di wilayah Ethiopia yang dilanda kelaparan. Hampir tujuh miliar euro atau 9,5 miliar dolar AS dijanjikan dalam pertemuan darurat tentang krisis pangan dunia dengan tuan rumah Diouf pada Juli. "Hanya 10 persen dari 22 miliar euro yang diumumkan (secara keseluruhan) yang dicairkan," kata Diouf, seraya menambahkan bahwa kebanyakan dana yang tiba diperuntukkan bantuan pangan daripada investasi di bidang pertanian yang benar-benar dibutuhkan. Diouf mengulang kembali kekhawatirannya bahwa krisis keuangan global mengalihkan perhatian dari krisis pangan yang terus berlanjut, dengan mengatakan "jumlah penderita kurang gizi, bukannya berkurang, malah bertambah 75 juta pada 2007." Data tersebut dapat bertambah lagi pada tahun ini, katanya menambahkan. "Solusi struktural terhadap masalah keamanan pangan itu adalah meningkatkan produktifitas dan produksi sektor pertanian di negara-negara berpenghasilan rendah," katanya. Diouf meratap bahwa bantuan untuk pertanian merosot lebih dari setengah antara 1984 dan 2005, dari delapan miliar dolar AS menjadi 3,4 miliar dolar AS, sementara pangsa pertanian dalam bantuan pembangunan juga turun, dari 17 persen pada 1980 menjadi tiga persen. Suzanne Mubarak, istri Presiden Mesir Hosni Mubarak yang dianugerahi dengan jabatan "pelindung" kegiatan FAO, menggemakan keperihatinan Diouf dalam pidato kunci, dengan mengatakan "kejatuhan pasar modal telah memonopoli perhatian dunia, mengalihkannya jauh dari negara-negara paling miskin." Sementara Paus Benedict XVI menyalahkan kelaparan dunia yang terus menerus kepada "budaya kontemporer yang hanya memilih berlomba untuk barang-barang material," dalam sebuah pesan kepada FAO. "Kekayaan dan sumber daya yang tersedia di dunia saat ini dapat membeli cukup pangan untuk memenuhi kebutuhan semua yang meningkat," tulisnya, seraya menyalahkan atas kurangnya keinginan politik, "spekulasi tak terkendali" dan korupsi di sejumlah negara. (*)
Copyright © ANTARA 2008