Jakarta (ANTARA News) - Hasil pembenahan terhadap Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) dalam dua tahun terakhir ini untuk meningkatkan jumlah mahasiswa baru mulai memperlihatkan hasil dengan bertambahnya jumlah mahasiswa baru hingga 100 persen.
"Untuk tahun ini ada 520 mahasiswa baru, ini meningkat 100 persen dibanding tahun lalu," kata Rektor Ikopin Rully Indrawan di kampus Ikopin, Sumedang, Kamis, usai acara penerimaan mahasiswa baru sekaligus juga pemberian penghargaan kepada Pendiri Ikopin Bustanil Arifin.
Ikopin dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami krisis mahasiswa baru. Perguruan tinggi yang diresmikan oleh Presiden Soeharto ini awalnya untuk mendidik para kader koperasi.
Menurut Rully, pihaknya dalam satu tahun ini berupaya memperkenalkan lagi universitas yang didirikan tahun 1982 ini ke berbagai pihak. Hasilnya adalah adanya bantuan dari beberapa perusahaan dan juga pemerintah daerah yang memberikan beasiswa kepada masyarakat untuk melanjutkan pendidikan di Ikopin.
Dari jumlah 520 mahasiswa baru itu, kata Rektor, hampir semuanya merupakan mahasiswa yang memperoleh beasiswa yang disediakan antara lain dari Kabupaten Indramayu, PT Freeport dan juga Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin).
PT Freeport misalnya memberikan 25 beasiswa kepada putra asli Papua, dan dari Indramayu ada 100 mahasiswa serta 220 beasiswa dari Dekopin.
"Ke depan kami akan terus mengajak kerjasama dengan berbagai pemerintah daerah," katanya.
Ikopin, lanjutnya, juga akan mengembangkan kerjasama dengan pihak luar negeri. Saat ini yang sudah berjalan adalah Program Penciptaan Sarjana Pengusaha Melalui Program Magang ke Jepang. Selain itu tengah dirintis kerjasama dengan Korea untuk mengembangkan e-learning, dan Turki berupa pertukaran mahasiswa.
Untuk magang ke Jepang, lanjutnya, sudah ada sekitar 50 mahasiswa yang mengikuti program tersebut. "Masih ada lima mahasiswi yang akan segera berangkat dalam minggu ini," katanya. Untuk tahun 2009 Ikopin menargetkan 100 mahasiswanya bisa mengikuti program magang tersebut. Selama mengikuti program tersebut mahasiswa tetap melanjutkan kuliahnya dengan sistem belajar jarak jauh.
"Mereka akan mengikuti program tersebut selama dua tahun, dan biasanya begitu kembali ke Indonesia mereka bisa membawa uang Rp200 sampai Rp300 juta," katanya dan menambahkan uang hasil kerja tersebut bisa dijadikan modal untuk menjadi pengusaha mandiri. (*)