Jakarta, (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Kamis pagi merosot mencapai angka Rp9.800 per dolar AS, karena pelaku pasar khawatir ekonomi global sudah mengarah ke resesi, meski Amerika Serikat berusaha menyuntik dana segar ke pasar. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 28 poin menjadi Rp9.800/9.810 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.772/9.800. Dirut PT Finan Corpindo, Edwin Sinaga mengatakan di Jakarta, Kamis, merosotnya rupiah sebenarnya tidak masalah, karena semua mata uang utama Asia juga terpuruk, akibat krisis keuangan global. Rupiah terpuruk karena krisis ekonomi global bukan karena faktor fundamental ekonomi Indonesia, ujarnya. Apabila rupiah terpuruk akibat fundamental ekonomi nasional maka ini akan menjadi masalah, namun keterpurukan saat ini karena dampak ekonomi global. Menurut dia, keterpurukan rupiah sebenarnya sudah diantisipasi oleh Bank Indonesia (BI) melalui pengawasan dan berbagai instrumen yang dimiliki BI. Namun aksi beli itu dilakukan secara terbatas dan meski BI tetap akan menjaga rupiah dari keterpurukan lebih jauh. Meski ada kalangan yang menyatakan keterpurukan rupiah menunjukkan bahwa ekonomi nasional tidak tumbuh dengan baik, katanya. BI terus melakukan pengontrolan terhadap bank-bank asing yang dikhawatirkan mereka membuat kebijakan lain seperti melakukan pembelian dolar secara besar-besaran. "Kalau ini terjadi dikhawatirkan rupiah akan makin terpuruk, namun upaya ini juga belum memicu rupiah membaik bahkan cenderung terpuruk," katanya.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008
Disini saya akan coba meluruskan pemahaman yang keliru di masyarakat mengenai kurs valuta asing bebas. Pertama-tama, perlu ditekankan disini : ”dalam ekonomi itu, permintaan uang sebenarnya tidak exist”. Yang ada ialah permintaan roti, permintaan laptop, permintaan televisi, permintaan jasa transport pulang-kampung, dan lain-lain. Tidak ada permintaan uang dolar ataupun uang rupiah.
Lho, kalau begitu – kenapa kurs dolar bisa turun-naik?? Sebabnya ialah : harga saham di Amerika