New York, (ANTARA News) - Dolar dan yen menguat pada Rabu waktu setempat, karena para investor beralih ke tempat berlindung (safe haven) relatif di tengah semakin berkembangnya kekhawatiran resesi ekonomi di negara-negara maju. Euro berada pada 1,3495 dolar sekitar 2100 GMT, turun tajam dari 1,3618 akhir Selasa. Euro juga turun menjadi 134,91 yen dari 139,01 yen. Dolar turun terhadap yen, jatuh di bawah batas psikologis 100-yen menjadi 99,99 yen dari 102,07 yen. David Rodriguez dari Forex Capital Markets mencatat bahwa yen dan dolar "rally" setelah kejatuhan pasar saham Eropa dan AS "mendorong koreksi penting dalam mata uang sensitif risiko." "Kami hampir pasti melihat yen Jepang dan dolar AS terus menguat terhadap mata uang utama lainnya," kata Rodriguez. Para dealer mengatakan, sekalipun ekonomi Jepang telah melambat tajam, bank-bank dan institusi keuangannya tampak dapat mengatasi krisis secara lebih baik daripada yang lain dan mata uangnya terlihat aman untuk para investor yang gelisah. Suku bunga Jepang yang luar biasa rendah, dengan acuan suku bunga bank sentral 0,5 persen, tetapi hal itu tidak menjadi disinsentif sehubungan kekacauan di pasar-pasar saat ini. Dolar biasanya diperlakukan sebagai mata uang "safe haven" dan secara umum, selama krisis ini naik, meski Amerika Serikat menjadi pusat badai krisis. Para dealer mengatakan itu dapat dijelaskan, setidak-tidaknya, bank-bank AS, perusahaan-perusahaan dan para investor yang menjual aset-asetnya dalam upaya repatriasi tunai untuk menutup komitmen dalam negeri, telah memberikan dorongan naik terhadap dolar. Para dealer mengatakan mengatakan euro terpukul oleh kekhawatiran pelambatan di Jerman, yang merupakan ekonomi terbesar Eropa, setelah Kanselir Angela Merkel memberikan keterangan tentang penurunan ekonomi. Dolar berada di bawah tekanan setelah Janet Yellen, kepala Federal Reserve cabang San Francisco, mengatakan Selasa, bahwa Amerika Serikat "tampaknya berada dalam sebuah resesi." "Seperti yang Jepang alami pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, perlu waktu beberapa tahun untuk memecahkan kredit seret (credit crunch) melalui penjualan sebagian besar dari aset-aset yang `non-performing`," tulis para analis Barclays. "Ditambah lagi, kami pikir pasar-pasar finansial akan fokus pada kemerosotan dalam posisi fiskal AS dalam proses pelepasan dari aset-aset non-performing, yang akan menjadi negatif bagi dolar. Karena itu, kami perkirakan yen terus terapresiasi dalam jangka menengah," kata mereka. Para analis pada Brown Brothers Harriman membuat poin serupa tentang kemungkinan tekanan pada dolar akibat dari rencana bailout besar-besaran. Dalam perdagangan terakhir di New York, dolar merosot menjadi 1,1320 franc Swiss dari 1,1370 akhir Selasa. Pound turun menjadi 1,7265 dolar dari 1,7394 dolar.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008