New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia merosot pada Rabu waktu setempat, di tengah kekhawatiran resesi yang dapat menyapu pasar, setelah intervensi pemerintah besar-besaran untuk mulai mencairkan kembali aliran kredit yang membeku dalam krisis finansial global. Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pegiriman November, meluncur 4,09 dolar AS menjadi ditutup pada 74,54 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November turun 3,73 dolar AS menjadi mantap pada 70,80 dolar AS. Kontrak berjangka sempat turun mencapai posisi terendah dalam perdagangan harian pada 74,32 dolar AS di New York dan 70,21 dolar AS di London, level yang terakhir terlihat pada Agustus 2007. "Pasar minyak terperangkap dalam empat jalur tsunami: sebuah resesi global, kredit ketat, meningkatnya kapasitas pengilangan, dan meningkatnya pasokan non-OPEC -- yang semuanya menekan permintaan minyak mentah OPEC," kata analis JPMorgan, Lawrence Eagles dalam sebuah laporan. "Perkembangannya .... telah mengambil rasa kondisi resesi ekonomi terhadap sebuah keadaan yang jauh dari kenyataan dan berat sekali," kata dia. Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas estimasi pertumbuhan permintaannya tahun ini dan mencukur estimasi untuk 2009, sebagian besar karena pengurangan permintaan "berlebihan" di Amerika Serikat, pasar energi tunggal terbesar. Laporan bulanan organisasi mencatat kecenderungan "bearish" harga minyak dan sinyal dari "resesi" di AS, Eropa dan Jepang. Anggota OPEC, Menteri Perminyakan Nigeria Odein Ajumogobia, mengatakan negaranya mengkhawatirkan penurunan harga minyak. "Tentu saja kami mengkhawatirkannya, karena kami menganggarkan berdasarkan harga acuan dan kami telah sungguh-sungguh mencoba dan menjamin bahwa kami memenuhi anggaran kami. Jika harga turun di bawah anggaran, di sana akan ada konsekuensinya. Pasti kejadian itu mengkhawatirkan semua negara produsen minyak," kata dia kepada AFP. Harga minyak mentah yang mencapai rekor tertinggi 147 dolar AS pada Juli, telah merosot di tengah kekhawatiran permintaan dalam keadaan ekonomi global melambat menghadapi krisis finansial terburuk sejak Depresi Besar tahun 1930. Ajumogobia menolak mengatakan apa yang akan Nigeria usulkan pada pertemuan khusus OPEC pada 18 November. Beberapa anggota OPEC telah menyerukan pertemuan untuk memutuskan penurunan produksi minyak untuk menahan penurunan harga. "Penurunan harga energi, terutama bensin, akan menjadi anugrah untuk pemulihan, hanya saja situasinya berbalikan merepresentasikan sebuah rintangan. Dengan penuh harapan, OPEC mengerti ini dan tidak menderita oleh pukulan sendiri dengan memperketat kuota produksi, pada waktu konsumen mereka sedang kempis," kata John Kilduff dari MF Global. Harga juga di bawah tekanan, di tengah berita bahwa sebuah pengadilan Nigeria telah memerintahkan raksasa energi Inggris-Belanda, Royal Dutch Shell untuk menyerahkan lahan/tanah kepada penduduk lokal, sebuah permintaan utama dari pemberontak bersenjata di kawasan produksi minyak Nigeria. Harga minyak merosot di tengah "kekhawatiran bahwa tindakan terkoordinasi bank-bank sentral pekan lalu tidak akan cukup menyelamatkan ekonomi dari penurunan ke dalam sebuah resesi global dan karenanya menekan permintaan minyak," kata analis Sucden, Nimit Khamar. Ketua The Fed San Francisco, Janet Yellen, mengatakan Selasa, bahwa Amerika Serikat "kelihatan menjadi dalam sebuah resesi." Di sana juga berkembang kekhawatiran Jepang dan Eropa berada di ambang stagnasi atau resesi. Pasar menunggu laporan mingguan terakhir cadangan energi AS yang akan diumumkan Kamis, untuk petunjuk tentang permintaan minyak di negara konsumen minyak mentah terbesar di dunia. Data ditunda satu hari karena hari libur publik pada Senin, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008