Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan siap untuk membeli surat berharga negara (SBN) jangka pendek atau surat perbendaharaan negara (SPN) untuk membantu pemerintah membiayai defisit anggaran 2009 sebesar Rp52,73 triliun atau 1,0 persen dari PDB."Kami ingin sampaikan dalam kerjasama kami sebagai dukungan terhadap APBN, kepada pemerintah, untuk memenuhi kebutuhan pembiayaannya, kami akan dengan sungguh-sungguh dengan batas-batas yang kami punyai, akan mendukung ini antara lain dengan membeli SBN. Itu sudah komitmen kami," kata Boediono dalam rapat kerja dengan Panitia Anggaran (Panggar) DPR dan pemerintah terkait asumsi dasar RAPBN 2009 di Jakarta, Rabu malam.Namun demikian, Boediono keberatan jika proporsi, ketentuan dan persyaratan pembelian SBN dapat segera ditentukan sehingga bisa dimasukkan dalam UU APBN."Untuk memberi ketentuan dan proporsi pada saat ini sangat sulit bagi kami (karena-red) tergantung situasi moneter pada waktu itu," katanya. Menurutnya, kebijakan intervensi BI dengan cara membeli obligasi negara jangka pendek juga tidak menyalahi ketentuan yang ada, yaitu pasal 55 ayat 4 UU 3/2004 tentang amandemen UU 23/1999 tentang BI, dimana dilarang membeli SUN untuk diri sendiri, kecuali surat utang berjangka pendek yang diperlukan BI untuk pengendalian moneter. "Jadi dalam konteks rambu-rambu ini kami akan secara maksimal memberikan dukungan pada pelaksanaan APBN," katanya. Atas asumsi suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan sebesar 7,5 persen, Boediono mengatakan pihaknya akan berupaya sungguh-sungguh dengan menggunakan semua instrumen moneter yang dimiliki BI, termasuk suku bunga. "Hanya memang suku bunga SBI 3 bulan ini ditentukan oleh pasar pada saat itu. Kami tidak punya bola kristal untuk menentukan berapa, tetapi kami mencatat ini dan tujuan kami sebenarnya adalah untuk mengamankan sasaran yang lebih fundamental lagi yaitu inflasi, yaitu supaya harga-harga mendekati asumsi dasar," katanya. Sedangkan atas asumsi nilai tukar rupiah Rp9.400 per dolar AS, Boediono mengatakan, hal itu bukan tidak mungkin dicapai mengingat kemungkinan krisis yang membaik pada 2009.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008