Palembang (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya Bernadette Robiani mengatakan Provinsi Sumatera Selatan harus mempercepat hilirisasi komoditas demi terjaganya pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Bernadette mengatakan, momen penurunan harga karet yang sudah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir seharusnya menjadi kesempatan untuk mengejar hilirisasi.
Bernadette mengatakan saat ini perekonomian Sumatera Selatan masih bergantung pada sektor primer, di mana masih mengekspor kelapa sawit, karet dan batu bara yang belum memiliki nilai tambah.
Baca juga: Asosiasi: Pabrik ban terlalu dini, perkuat sektor hulu dahulu
“Oleh karena itu, kita harus melihat kondisi permintaan pasar yang melemah dan ketidakstabilan harga komoditas andalan itu sebagai peluang untuk mempercepat hilirisasi,” katanya.
Ia mengatakan batu bara yang masuk dalam sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi tinggi terhadap ekonomi Sumsel. Begitu pula karet dan kelapa sawit yang masuk dalam sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
Menurutnya, peluang untuk hilirisasi akan terbuka lebar dengan adanya rencana dimulainya kembali aktivitas pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api Api (KEK TAA).
Baca juga: Hilirisasi kelapa sawit perbaiki harga komoditas
“KEK TAA akan menciptakan nilai tambah dan multiplier effect bagi perekonomian Sumatra Selatan,” katanya.
Sementara itu Kepala Perwakilan BI Sumsel Yunita Resmi Sari mengatakan perlu adanya perbaikan dari sisi hulu untuk peningkatan produktivitas dan peningkatan nilai tambah yang berbasis hilirisasi industri.
Ia mencontohkan, untuk komoditas karet, hilirisasi dapat diwujudkan melalui pembangunan industri ban baru, industri ban vulkanisir dan industri apparel (sarung tangan).
“Namun memang tantangannya ada pada infrastruktur di mana kapasitas pelabuhan eksisting yang terbatas sehingga berdampak pada handling cost yang tinggi,” katanya.
Oleh karena itu, bank sentral menilai, langkah Pemprov Sumsel untuk memulai kembali pengembangan KEK TAA yang dilengkapi pelabuhan laut dalam akan mendukung hilirisasi industri komoditas andalan Sumsel.
Sari mengatakan meski kinerja ekspor dari komoditas andalan diprediksi terbatas akibat kondisi global, namun ekonomi Sumsel diperkirakan tetap tumbuh di kisaran 5,7 persen hingga 6,1 persen.
“Pertumbuhan ini didorong oleh investasi yang mulai tumbuh dan konsumsi rumah tangga yang stabil,” kata dia.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019